Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wasiat Nabi Ya'qub kepada Anak-anaknya

7 Oktober 2020   06:54 Diperbarui: 31 Mei 2021   14:54 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat menjelang wafatnya, Nabi Ya'qub pernah mengumpulkan seluruh anaknya. Pada kesempatan yang penuh dengan balutan duka itu, beliau berwasiat pada mereka.

"Apa yang hendak kalian sembah sepeninggalku?"

Anak-anaknya pun menjawab dengan kompak, "Kami akan menyembah Tuhanmu, Tuhan dari bapak-bapakmu (Ibrahim, Isma'il, Ishaq) sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Dan (sesungguhnya) kepada-Nya-lah kami senantiasa berserah diri."

Jawaban itulah yang rupanya paling dinanti-nanti dan diharapkan oleh Nabi Ya'qub akan keluar dari lisan mereka. Sebab, dengan lahirnya jawaban yang demikian dari mulut mereka, berarti ia telah memperoleh keturunan yang berkeyakinan sama dengan dirinya.

Baca juga: 7 Macam Wasiat Nabi Muhammad Saw

Pada masa-masa terakhirnya berlabuh di alam dunia itu, beliau lebih mementingkan kepastian keimanan mereka ketimbang dengan nasib maupun karier mereka ketika di dunia.

Oleh sebab itulah, beliau pun tidak menanyai mereka dengan pertanyaan, misalnya, bagaimana keadaan pekerjaanmu dan keluargamu? apa yang akan kamu makan sepeninggalku?

Bagi Nabi yang juga dikenal dengan sebutan Jacob ini, kepastian akan keimanan generasi penerusnya itu jauhlah lebih penting baginya dibandingkan dengan persoalan rezeki mereka yang sudah pasti dijamin oleh Tuhan.  

Mendudukkan dunia dan akhirat secara seimbang

Kisah tentang Nabi Ya'qub dan keluarganya ini bukanlah saya suguhkan dengan tujuan untuk mengajak siapa saja memandang nista terhadap dunia karena alasan keimanan. Bukanlah demikian.

Baca juga: Dapatkah Pola Kepemimpinan Nabi Diterapkan dalam Organisasi?

Justru sebaliknya, kisah tersebut saya hadirkan sebagai upaya untuk mendudukkan keduanya secara berimbang sebab berkait dengan kebahagiaan seseorang dalam menjalani tiap fase kehidupannya, yakni ketika di dunia maupun di akhirat.

Bukankah setiap selesai shalat fardhu pun kita selalu mendamba keduanya? Kita bermunajat pada Tuhan agar memperoleh kebahagiaan di dunia-akhirat serta dijaga oleh-Nya agar tidak merasakan pedihnya siksa api neraka.

Oleh sebab itulah, dalam ajaran agama Islam pun telah terdapat anjuran bagi para pemeluknya untuk bekerja secara giat demi memenuhi kebutuhan dunia, dengan gambaran seakan mereka akan hidup untuk selamanya.

Namun, selain itu, mereka juga tak boleh lalai dengan nasibnya ketika di akhirat kelak yang harus diupayakan dengan tekun beribadah sebagai sarana yang akan menjadi bekal untuk membangun kebahagiaan di alam sana.

Dengan memahami kedua hal inilah maka seseorang diharapkan akan mampu menempatkan keduanya secara seimbang dan tidak untuk saling mengunggulkan satu fase dengan fase yang lain.

Baca juga: [Ramadan Penuh Hikmah]: Spirit Nabi Adam A.S., Bangkit dari Penyesalan dan Menerima Ketetapan-Nya

Tidak ada satu pun yang membantah bahwa kehidupan akhirat memang teramat penting, untuk itu ia harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap hamba. 

Namun, kita juga tidak boleh lupa, bahwa dengan memiliki dunia yang cukup juga dapat menjadi salah satu sarana yang akan mengantar kita pada kondisi yang lebih nyaman dan khusyuk dalam beribadah.

Dengan demikian, saat mencari dunia, kita pun tidak boleh sembarangan sehingga justru akan mengganggu keharmonisan hubungan kita dengan Tuhan maupun relasi kita dengan sesama makhluk. 

Saat mencarinya (dunia), yang kita fokuskan bukanlah sekadar melimpahnya materi yang akan kita raih, akan tetapi lebih pada ridha Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Pemberi materi. [mam]

Referensi: a

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun