tinju, saya biasa memetakan beberapa jenis pukulan yang mereka layangkan.Â
Saat saya menonton pertandinganDi antara jenis pukulan tersebut, saya bagi menjadi empat jenis: pukulan yang menerpa angin, pukulan ringan yang menghantam badan, pukulan keras yang menghantam pertahanan lawan, serta pukulan keras yang tepat sasaran.
Keempat jenis pukulan inilah yang kiranya dapat saya gunakan sebagai filosofi saya dalam dunia penulisan. Terkadang tulisan saya itu sangat ringan sehingga dianggap angin lalu saja oleh para pembacanya. Dan sesekali ia juga pernah tepat sasaran hingga menembus mata ribuan pembaca.Â
Namun, sebelum saya terlalu jauh menganggit kegemilangan dari hasil tulisan saya ini, tidak elok rasanya jika saya tidak mengucap terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada redaktur yang telah menyunting tulisan saya, menambahi gambar, hingga mempromosikannya pada artikel utama. Tidak dapat dimungkiri, berkat bantuan mereka inilah tulisan saya pun menjadi lebih nyaman untuk disajikan pada pembaca.
Namun, selain itu, sebenarnya juga tidak jarang diantara tulisan saya itu yang meraup sedikit pembaca. Ini bisa saja terjadi sebab di samping saya kurang serius dalam menyusun tulisan, saya pun tidak atau kurang giat dalam beraktivitas blogwalking maupun membagi tulisan saya pada sosial media.
Dan sebenarnya berapa pun raihan pembaca itu bagi saya bukanlah masalah yang serius, sebab saya merasa masih memiliki kenikmatan lain yang tak kalah luar biasa, yakni kesempatan untuk bisa menulis.
Meski jika boleh dikata, jika mengutip kata dari Pak Tjip, beberapa tulisan saya ini ibarat teh celup, yang terkadang ada, terkadang hilang, dan sesekali jumlahnya lumayan banyak.
Dan, dengan terus meneladani semangat beliau-beliau yang aktif dalam menulis ini, ditambah hadirnya waktu senggang saya untuk melakukannya, maka kegiatan menulis inipun dapat saya lakukan, dengan raihan yang terkadang lumayan. Misalnya saja tiga artikel dalam sehari.Â
Tiga artikel? Bagaimana dengan bobotnya?Â
Terus terang selama menulis di sini saya seringkali abai dengan bobot tulisan. Sebab, bagi saya, diantara metode menulis yang paling mengasyikkan adalah dengan mengalirkan apa saja yang ada di dalam kepala (selama tidak berbenturan dengan kaidah yang berlaku, tentunya). Sehingga tidak mengherankan jika kemudian tulisan saya ini dilabeli cap angin, alias tidak berbobot.Â
Apakah saya kecewa dengan label ini? Tentu saja tidak, sebab aktivitas menulis itu sendiri bagi saya adalah sebuah kepuasan.Â