Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dul Kaher Mengunjungi Pesantren

27 September 2020   22:34 Diperbarui: 28 September 2020   08:54 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay

Hari Minggu kemarin, Dul Kaher memiliki agenda untuk mengunjungi pesantren. Kunjungan ini adalah rangkaian kegiatannya untuk menggali data penelitian yang diprogramkan untuk para pendidik kelas partikelir.

Sebelumnya, ia bersama dengan kawannya, Wawan, telah berencana untuk mengangkat sebuah penelitian tentang Konsep Pengabdian sebagai Upaya Perekrutan Sumber Daya Manusia di Lingkungan Pesantren. 

Waktu itu, pesantren yang mereka jadikan rujukan sebagai bahan penelitian adalah Pesantren 'Ainul Mustaghfiriin yang berlokasi di Pulau Jawa. 

Dari hasil wawancara mereka dengan beberapa narasumber di pesantren itu, Dul Kaher menemukan rangkaian cerita menarik. 

Awalnya, pesantren tersebut dirintis untuk mewadahi para pecandu narkoba yang hendak merehabilitasi diri. Untuk itulah, pesantren itu dinamai dengan 'ainul mustaghfiriin (air mata orang-orang yang mengharap ampunan).

Air mata adalah simbol bahwa mereka yang telah meneteskannya memiliki rasa penyesalan yang teramat dalam sehingga memohon ampun secara sungguh-sungguh atas kesalahan-kesalahannya di masa lampau. Dengan demikian, orang-orang yang telah bertaubat dari kesalahannya tersebut benar-benar melakukannya dengan penuh ketulusan. 

Selain untuk mewadahi orang-orang yang direhabilitasi tersebut, pondok ini juga memiliki program pembelajaran bagi warga sekitar, terutama bagi keluarga yang kurang mampu. Dan uniknya, pembelajaran di pesantren itu didedikasikan secara gratis alias tanpa dipungut biaya sepeser pun bagi seluruh peserta didiknya.

Namun, jangan dibayangkan penerapan pendidikan tersebut seperti layaknya pendidikan yang terdapat di sekolah formal. Bentuk pendidikan yang mereka selenggarakan hanya semacam lembaga bimbingan belajar non-formal yang tak memberikan fasilitas ijazah bagi peserta didiknya. 

Dan seiring berjalannya waktu, Gus Hakim dan Kyai Agung selaku pengasuh pondok tersebut berinisiatif untuk menindaklanjuti kegiatan pendidikan yang telah mereka rintis sebelumnya, yakni dengan mengupayakan bagaimana caranya agar para peserta didik di pesantren tersebut dapat ikut ujian kejar paket.

Dengan demikian, peserta didik tersebut tidak hanya belajar tanpa proses evaluasi, namun mereka juga akan mengikuti proses pengukuran hasil belajar yang terdokumentasi dalam sebuah ijazah yang sah. Dan beruntunglah upaya itu pun berhasil berkat kesungguhan usaha pengurus dan dukungan dari beberapa relasi pondok.

Pendanaan pesantren

Pada awalnya, untuk menyelenggarakan seluruh programnya, pesantren membiayai kegiatan pendidikan tersebut dengan menggunakan dana bantuan dari para donatur. 

Namun, lantaran para pengurus pesantren lekas menyadari bahwa berbagai bantuan itu tentu tak mungkin akan terus mengalir selamanya, maka mereka pun berinisiatif untuk membentuk beberapa unit usaha yang diharapkan akan menopang seluruh pendanaan pesantren di masa depan. 

Akan tetapi, sebab "masih hijaunya" pengalaman pengurus pesantren di bidang administrasi dan pembentukan sistem pondok itu, maka awal kali proses pembentukan unit-unit usaha ini pun banyak yang mengalami tata kelola yang buruk. 

Diantara buruknya pengelolaan tersebut adalah kurang lengkapnya dokumentasi atas setiap kegiatan yang dijalankan dan kurangnya perhatian kesejahteraan bagi para pengurusnya. 

Kondisi kurangnya dokumentasi kegiatan khususnya yang berkait dengan laporan keuangan ini tentu sangat membahayakan jika tidak lekas diperbaiki oleh pengurus pesantren, sebab akan berpotensi menemui masalah yang serius ketika telah diperiksa oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK).

Dan dengan belajar dari beberapa kesalahan di masa lalu, pesantren ini pun lambat laun dapat memperbaiki kualitas tata kelolanya sehingga keadaannya kian rapi dari waktu ke waktu. 

Diantara tanda semakin membaiknya tata kelola pada pesantren tersebut adalah terbentuknya program pendidikan formal tingkat SMP dan SMA. Dimana seluruh peserta didik pada sekolah tersebut juga diwajibkan untuk mondok atau bermukim di sana selama kegiatan pendidikan di sana masih aktif.

Selain itu, sekolah-pesantren ini juga mendidik para siswa-santrinya untuk belajar berwirausaha. Jenis-jenis pendidikan kewirausahaan yang diajarkan untuk mereka adalah produksi yogurt dan keju, budidaya anggrek, pengelolaan minimarket, beternak, dan berbagai usaha lainnya. 

Dari hasil pelatihan kewirausahaan tersebut diharapkan akan dapat membekali para siswa untuk siap terjun di tengah masyarakat dan sekaligus menekuni dunia bisnis selepas mereka lulus dari sekolah nanti. 

Mendung yang menyelimuti pesantren 

Dua tahun yang lalu, kondisi pesantren ini sempat goyah, lantaran Gus Hakim, pengasuh yang ikut merintis pondok tersebut telah berpulang ke rahmatullah. Dan sejak saat itu, pembinaan pengelolaan pondok pun diganti oleh kakak beliau sendiri, Gus Shobri. 

Awal kali Gus Shobri menukangi pesantren tersebut, beliau merasa sangat kaget. Sebab beliau mendapati bahwa sebagian besar pendanaan pondok tersebut nyatanya masih ditopang dari dana para donatur.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, rupanya hal ini disebabkan oleh belum berkembangnya unit-unit usaha yang telah dirintis sebelumnya, sehingga pendapatan dari unit usaha tersebut belum cukup untuk menutup biaya operasional pesantren. 

Dengan demikian, langkah pertama yang hendak beliau benahi adalah mengoptimalkan fungsi dari unit-unit usaha tersebut sehingga hasilnya cukup untuk menutup operasional pesantren. 

Perlahan tapi pasti, berkat tangan dingin Gus Shobri yang sebelumnya pernah menjadi rektor di salah satu universitas ternama di negeri ini, tata kelola dari unit usaha yang dimiliki pesantren ini pun perlahan membaik. Indikator membaiknya tata kelola usaha tersebut adalah tercapainya omzet yang menggembirakan di setiap bulan. 

Sektor yang paling baik pencapaiannya dari sekian unit usaha yang dijalankan ini adalah di bidang produksi yogurt dan keju. Jika diraba nilai penjualannya setiap bulan, kurang lebih hasil yang telah dibukukan adalah berada di angka 300 juta rupiah. 

Berkat keberhasilan tata kelola pesantren atas beberapa unit bisnis itu, pada akhirnya para pengusaha pun menjadi tertarik untuk menjalin kerja sama untuk mengembangkan pesantren ini. 

Dan seiring dengan semakin meningkatnya volume tawaran kerja sama itu, Gus Shobri menyadari bahwa diantara faktor penting yang akan menopang kemajuan pesantren dan unit usaha itu adalah profesionalitas dari para pengelolanya. 

Oleh sebab itulah, untuk memenuhi target sumber daya manusia yang profesional ini, pihak pesantren telah memberlakukan sistem pengabdian kepada para alumninya. 

Tujuan dari program pengabdian untuk para alumni ini adalah di samping untuk melatih profesionalisme mereka sebelum terjun ke kehidupan bermasyarakat, hal ini juga ditujukan agar lembaga ini akan dapat menyaring calon sumber daya manusia yang berkualitas sebagai pengelolanya.

Selain itu, hal yang hendak dibentuk oleh pesantren ini adalah sebuah sistem yang baik dari setiap unit yang dibidangi. Sebab, dengan adanya sistem yang baik ini, maka kebaikan dari lembaga itu nanti tidak hanya ditentukan oleh seorang sosok kunci, namun ia ditentukan oleh kebaikan sistem yang telah dibentuk dan dijalankan secara bersama-sama oleh para pengurusnya. 

Usai menggali sebagian data dari pesantren itu, Dul Kaher mengajak Wawan untuk mengunjungi sebuah warung ayam sambal yang menjadi idaman para mahasiswa di kota itu.

Sambil menikmati sensasi pedasnya sambal yang semakin menampar wajahnya, ia pun mengulas kembali informasi yang telah ia gali bersama dengan kawannya itu. [mam]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun