Dari menulis di dua platform ini saya pun belajar beberapa hal: (1) Bagaimana cara menulis yang benar sesuai dengan kaidah PUEBI; (2) Berlatih mengkritisi hal-hal yang aktual; (3) Berbagi cerita tentang hal di sekitar kita.Â
Dan cerita yang cukup berkesan bagi saya adalah pada saat saya menulis untuk laman tempat berbagi ide. Seiring rutinnya saya menulis di sana, maka dalam waktu tidak terlalu lama saya memperoleh verifikasi centang biru dan bahkan bisa masuk kategori penulis terproduktif.Â
Sejujurnya, saya sendiri merasa geli bukan main, sebab tulisan yang saya anggap tidak terlalu berbobot pun bisa dihargai sebagai karya yang layak untuk diterbitkan.Â
Pelajaran berharga yang saya dapat dari situs tempat berbagi ide itu adalah mengenai bagaimana cara menulis yang baik dengan memerhatikan tanda baca, ejaan, dan pembagian tulisan agar tulisan tampak nyaman pada saat dibaca melalui gawai.Â
***
Sejak bulan April 2020, saya dipertemukan dengan Kompasiana. Awalnya, saya tertarik untuk menulis di sini sebab ingin ikut berkompetisi tulisan dari ajang yang dihelat oleh BI.Â
Namun, entah kenapa, saya selalu saja gagal ketika registrasi melalui laptop saya. Apakah mungkin karena spesifikasi laptop terlalu usang sehingga tak mampu untuk mengaksesnya. Pada akhirnya, saya mencoba registrasi melalui gawai, dan alhamdulillah saya berhasil.Â
Setelah berhasil registrasi, saya mencoba memulai menulis di sini. Dan menurut asumsi saya pribadi, hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Untuk tulisan pertama saya, sudah terbaca oleh 77 penge-views, bahkan diantaranya ada juga yang memberikan rating atau penilaian.Â
Angka 77 views itu bagi saya adalah angka yang besar, jika dibayangkan angka 77 itu adalah sebuah kumpulan orang yang berada di dalam sebuah ruang. Mungkin saja ini akan membutuhkan ruang yang cukup besar, atau bahkan bisa dibuat model seminar untuk menyampaikan materi pada mereka.Â
Lantas, bagaimana jika pembacanya itu mencapai angka ribuan? Barangkali jika diasumsikan dengan sebuah kelas tentu harus melakukan pembelajaran atau seminar berkali-kali.Â
Tapi, logika semacam itu tentu bisa diperdebatkan, mengingat ini hanyalah sebatas tulisan yang tidak membutuhkan ruang, kecuali ruang untuk tulisan itu sendiri. Baik itu di kertas, gawai, laptop, sistem informasi, maupun database yang dimiliki oleh pengembangnya.Â
Baik. Terlepas dari ada atau tidaknya perdebatan itu, setidaknya bagi saya, jumlah pembaca itu merupakan bentuk apresiasi atau kesan awal terhadap sebuah tulisan. Sebuah kesan yang dalam platform ini dapat terlihat dari keterbacaan (views) tulisan, pemberian nilai (rating), atau komentar.Â