Di sini, seorang Kompasioner sangat boleh 'mencolek' tulisan Kompasiner, supaya tulisannya pun berbalas 'colekan'. Dan bukankah setiap 'colekan' di sini dapat dimonetisasi jika menyentuh angka tertentu? 3.000 'colekan', misalnya. Silakan saja saling 'mencolek' tulisan satu sama lain. Dengan demikian secara tidak langsung seseorang telah bersedekah 'colekan' dan potensi keuntungan bagi pihak lain.Â
Sebuah 'colekan' yang menandai rasa suka terhadap tulisan, belum tentu dibarengi dengan kepastian apakah penilainya telah membaca sebuah tulisan. Bukan karena alasan tidak mau membacanya, tapi bisa jadi sebab tidak adanya kemampuan untuk membaca semuanya.Â
Dapat dibayangkan betapa repotnya, jika anggota Kompasianer yang rata-rata menghasilkan 300 tulisan per hari ini mencolek semuanya pada tulisan kita. Taruhlah, rata-rata tulisan mereka dapat dibaca dengan durasi dua menit, kecuali puisi. Dengan perhitungan ini, setidaknya kita akan menghabiskan waktu setidaknya 600 menit atau sekitar 10 jam untuk mendekam di Kompasiana setiap harinya. Hanya untuk sekadar membaca tulisan saja.Â
Lalu, bagaimana kita akan menulis jika yang kita lakukan hanya membaca saja? Dan itu pun belum ditambah dengan aktivitas kita lainnya.Â
Dan, daripada terlalu repot dengan semua tulisan dan 'colekan' itu, jalan pintas yang paling mudah adalah dengan mencintai tulisan mereka meski hanya dengan membaca judulnya. Setidaknya dari judul tulisan mereka akan menginspirasi kita untuk melahirkan tulisan yang lain kelak.
Namun, setelah saya mendapatkan informasi dari Pak Bobby a.k.a Ruang Berbagi dan saya mencoba sendiri sistem rating dan komentar yang ada di Kompasiana, saya belakangan tahu bahwa statistik sistem views di sini memang berjalan lebih lambat dibandingkan dua sistem tadi, sehingga judul tulisan saya pun saya revisi dengan menambahkan tanda tanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H