Barang berkualitas cukup baik namun harganya relatif terjangkau. Itulah kesan yang mungkin akan timbul pada diri kita manakala ingin membeli barang bekas. Khususnya saat kita memiliki anggaran yang jumlahnya pas-pasan.Â
Dan untuk memilih barang bekas itu kita harus pandai dalam menentukan mana kira-kira barang yang kualitasnya cukup baik untuk kita pilih.Â
Sekilas tampak sederhana namun seringkali tidak gampang. Sebab untuk dapat memilih barang bekas yang 'berkualitas' butuh pengetahuan dan keterampilan tersendiri. Pengetahuan untuk menaksir bagaimana kondisi barang itu secara keseluruhan berikut harga yang pantas untuk dibayarkan. Keterampilan untuk merawatnya jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan.Â
Bagi seseorang yang belum memiliki pengetahuan maupun pengalaman di bidang pembelian barang bekas ini, ada baiknya ia meminta pertimbangan atau bahkan jika perlu minta pendampingan dari siapa saja yang telah lama malang melintang dalam urusan pembelian barang bekas ini.Â
Dengan adanya segudang pengetahuan yang dapat diberdayakan dari pihak lain di bidang pembelian barang bekas, seseorang akan berpeluang dapat terhindar dari kekeliruan pada saat membeli barang second hand itu.Â
Membeli Barang Bekas Tidak Perlu Gengsi
Bagi sebagian orang, mungkin saja ada yang beranggapan bahwa membeli barang bekas adalah sebuah 'aib' tersendiri. Anggapan itu mungkin saja muncul karena dilatarbelakangi oleh perasaan gengsi dengan kondisi lingkungan di sekitarnya.
Mereka merasa gengsi dengan lingkungannya manakala dianggap kurang mampu untuk membeli barang yang baru. Padahal, alasan seseorang membeli barang bekas itu pun beragam, dan tidak hanya terbatas pada faktor mampu atau tidak mampunya seseorang untuk membeli barang yang baru saja.Â
Bisa saja seseorang membeli barang bekas karena memang menemukan barang yang kualitasnya cukup baik meskipun statusnya pernah dipakai oleh orang lain pada waktu sebelumnya. Bisa saja mereka membeli barang bekas sebab ingin mengatur anggaran keluarga maupun anggaran lainnya, misalnya untuk pengeluaran harian, tabungan pendidikan, tabungan haji dan pelbagai perencanaan keuangan lainnya.Â
Terutama di masa pandemi seperti sekarang ini. Di saat seseorang atau sebuah keluarga harus benar-benar jeli dalam mengatur pengeluarannya agar tidak mengalami defisit anggaran untuk mencukupi kebutuhan.Â
Sebagai contohnya, seperti yang telah diwartakan oleh Kompas otomotif, kita akan tahu bahwa dengan kondisi perekonomian yang melesu akibat pandemi ini, kendaraan bekas merupakan unit yang legit untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan sebagian orang.Â
Dari satu contoh peristiwa yang diwartakan itu, kita pun dapat menyimpulkan bahwa belum tentu seseorang yang membeli barang bekas itu adalah seseorang yang tidak mampu dari segi perekonomian. Bisa juga mereka memilihnya sebab faktor yang lain, untuk tabungan jangka panjang, misalnya. Â
Bekas Makin Berkah
Dengan membeli barang bekas, maka secara tidak langsung seseorang juga akan memberdayakan kembali barang yang memiliki kemungkinan untuk dapat dipakai. Ia akan memilih sebuah barang lawas yang mungkin jika tidak mendapatkan sentuhan perhatian, ia akan menjadi rongsokan yang mencemari lingkungan.Â
Dengan demikian, jika barang bekas ini mendapat perhatian yang baik, maka kemungkinan ia tak terpakai atau menjadi barang rongsokan akan menjadi relatif lebih kecil, sebab adanya kehendak seeorang untuk menggunakannya kembali.Â
Upaya perhatian seseorang atas barang bekas inilah yang akan berpotensi memberi nilai tambah baginya. Dari kondisi tak layak pakai menjadi kondisi yang berguna.Â
Nilai tambah pada barang inilah yang jika kita memandangnya melalui kacamata ajaran agama Islam, mungkin saja akan dianggap sebagai bentuk keberkahan, yakni bertambahnya kebaikan atas keadaan barang. Dari statusnya yang sebagai rongsokan menjadi barang berguna. Dari bekas menjadi berkah.Â
Biasanya, masalah lain yang kerap kali dikhawatirkan oleh seseorang manakala membeli barang bekas adalah berkaitan dengan penggunaannya dan cara merawatnya. Hal ini sangat wajar sebab jika melihat status barang yang pernah terpakai oleh orang lain ini seringkali kondisinya tidak akan sama baik dengan barang yang kita beli dari tokonya secara langsung, dalam kondisi yang baru.Â
Dan untuk menyiasati hal itu, saya memiliki tips tersendiri untuk menggunakan dan merawat barang bekas ini.Â
Pertama. Mengetahui kapasitas kemampuan dan penggunaan dari barang bekas itu. Hal ini penting untuk diperhatikan agar seseorang tidak overestimate atau berharap yang terlalu tinggi atas barang bekas yang telah mereka beli.
Misalnya saja, pada saat seseorang akan membeli kendaraan bekas yang tahunnya sudah cukup tua, jangan terlalu berharap ia akan dapat diandalkan untuk perjalanan jarak jauh seperti untuk bepergian antar propinsi. Sehingga, alangkah baiknya, ia menggunakannya untuk perjalanan jarak lokal atau dalam kota saja, sesuai kapasitas kemampuan kendaraannya.Â
Sementara itu, jika seseorang hendak menggunakannya untuk jarak yang lebih jauh, itu tatap boleh-boleh saja. Namun dengan catatan, ia sebaiknya harus dapat membuat langkah antisipasi jika sewaktu-waktu kendaraan mengalami kerusakan. Misalnya dengan membawa peralatan perbaikan sendiri, atau jika tidak sanggup memperbaikinya sendiri, juga bisa dengan 'mengantongi' nomor-nomor bengkel terpercaya yang ada di setiap kota.Â
Sehingga, jika setiap saat kendaraan kita itu rusak, nomor-nomor dari para jasa perbaikan itu dapat dihubungi.Â
Kedua. Mengetahui tempat yang tepat untuk memperbaiki barang bekas. Upayakan memilih 'bengkel' servis barang yang benar-benar memiliki keahlian terpercaya di bidang ini. Sehingga sewaktu-waktu barang kita mengalami kerusakan maka akan mudah dalam memperbaikinya.Â
Ketiga. Memperhatikan ketersediaan suku cadang barang bekas. Alangkah baiknya jika kita lebih jeli pada saat memilih barang merek tertentu yang suku cadangnya relatif mudah didapat, kecuali Anda adalah seorang yang punya jaringan yang luas dan ketelatenan untuk berburu suku cadang yang langka.Â
Ini penting untuk diperhatikan, sebab sehebat apapun keahlian untuk memperbaiki barang bekas ini bisa saja ia akan mengalami kesulitan manakala tidak menemukan suku cadang yang dibutuhkan.Â
Dan sebagai solusi akhir atas kelangkaan suku cadang ini biasanya ada seseorang yang menyiasatinya dengan cara membuat suku cadang handmade alias buatan tangan sendiri. Dan itu pun harus benar-benar diperhatikan kualitasnya, agar barang tidak mudah mengalami kerusakan.Â
Keempat. Memperhatikan harga purna jual, khususnya jika seseorang berniat untuk menggunakan barang itu untuk sementara waktu saja. Informasi tentang harga purna jual sebuah produk itu sangatlah penting untuk diketahui, agar seseorang semakin bertambah pengalamannya, ilmunya, maupun uang jasanya, untuk menawarkan komoditas tangan yang kesekian dengan harga yang pantas.
Kelima. Mempertimbangkan pangsa pasar produk. Pada saat seseorang berniat menjual kembali barang bekasnya itu suatu saat nanti, maka alangkah lebih bijak baginya jika ia memilih produk yang pangsa pasarnya luas dan stabil. Informasi tentang pangsa pasar yang luas dan stabil ini antara lain bisa dilihat dari komunitas penggunanya maupun dari peminatnya.
Dengan memperhatikan hal ini, maka seseorang akan berkesempatan lebih mudah pada saat menjual kembali barangnya, mengingat permintaan akan barang tersebut masih sangat baik.Â
Itulah tadi sekelumit ulasan dari saya tentang alasan memilih barang bekas beserta cara menggunakan dan merawatnya. Dan dari sini kita pun tahu, ternyata usaha barang bekas ini masih menjadi bisnis yang menarik untuk dipilih terutama untuk menyesuaikan pendapatan seseorang yang semakin menurun akibat pandemi saat ini.Â
Sebagai buktinya, kita pun bisa menemukan situs jual beli barang bekas dalam jaringan (online), seperti OLX, Carmudi, Bekas dot com, dan berbagai situs lainnya.Â
Selain itu, kita mungkin juga akan atau bahkan telah menemukan tempat jual beli barang bekas secara offline di sekitar kita sendiri. Baik itu dikemas dengan tampilan yang cukup elit seperti pembelian motor bekas, hingga yang kemasannya sederhana seperti usaha loakan Dewa Bumi di daerah Selorejo Blitar Jawa Timur.Â
Kiranya ini menjadi sekelumit bukti bahwa ternyata usaha jual beli barang bekas ini masih menarik untuk dilirik, menimbang adanya potensi keuntungan yang dapat didulang dari usaha ini dan terlebih lagi untuk menyiasati turunnya pendapatan seseorang akibat pandemi. Â
Dan sekali lagi, bagi siapa saja yang hendak menggunakan barang bekas ini kiranya tidak perlu lagi malu dan gengsi. Sebab, yang bekas belum tentu tanpa kualitas. Atau pemahaman lainnya, buat apa mencari barang yang mahal jika yang murah pun masih mampu bersaing kualitasnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H