Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penghargaan Sang Maharaja Singa untuk Badak dan Koala

15 Agustus 2020   02:30 Diperbarui: 15 Agustus 2020   02:48 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat lagi, kerajaan rimba akan menggelar sebuah hajatan. Sebuah perayaan yang cukup besar untuk menghormati dua sosok yang dianggap sangat berjasa untuk kerajaan itu. Dua sosok tersebut ialah Badak dan Koala.

Keduanya selama ini dianggap cukup mampu mewadahi dan menyampaikan aspirasi dari masyarakat belantara. Bahkan, tidak jarang, dua sosok tersebut menyampaikan pendapatnya secara pedas dan seakan tanpa tedheng aling-aling demi menyampaikan suara rintihan dan jeritan rakyat hutan secara apa adanya pada sang Maharaja Singa dan para punggawanya. 

Sebab dedikasi itulah, maka pihak kerajaan pun hendak menghargainya dengan sebuah tanda jasa, meskipun mereka seringkali menjadi sasaran kritik dari keduanya.

Pihak kerajaan tampaknya lekas memahami bahwa kritikan itu memang penting demi membangun kerajaan rimba menjadi lebih maju. Dan kritikan semacam itulah yang telah dipraktikkan oleh Badak dan Koala. 

Sebelum proses penganugerahan jasa itu diberikan, banyak masyarakat rimba yang mengkhawatirkan, jangan-jangan itu semua adalah upaya diplomasi dari pihak kerajaan agar keduanya menjadi lebih longgar dalam menyampaikan kritikan. Dan rakyat hutan pun menyarankan, sebaiknya penghargaan itu tidak diterima, demi menjaga sportivitas keduanya dalam memandang pihak kerajaan. 

Dalam ajaran masyarakat rimba terdapat sebuah kepercayaan, bahwa jika siapa saja ingin disegani oleh pihak lain, maka sebaiknya ia pun banyak memberi pada orang lainnya, terutama untuk pihak yang ia ingini untuk lekas menyeganinya itu. Etis tidak etis, demikianlah yang kerap terjadi. 

Hal inilah yang sangat dikhawatirkan oleh seluruh penghuni rimba pada dua sosok vokal itu, yakni kekhawatiran mereka akan hilangnya taji pada keduanya, begitu menerima penghargaan jasa itu. Namun, itu semua hanyalah sebuah kekhawatiran yang kemungkinan terjadi atau tidaknya tetap tergantung pada diri keduanya dan kehendak Tuhan yang Maha Menentukan. 

Setelah mendengarkan keluh kesah dan saran dari kelompok masyarakat rimba, Badak dan Koala menjadi bimbang, akankah penghargaan itu mereka terima dengan segala konsekuensinya? 

Rasa bimbang keduanya kian mengembang sebab suara masyarakat rimba yang kritis kian santer terdengar. Apalagi, di zaman yang maju ini, masyarakat semakin gemar bersuara melalui media sosial. 

Isi kepala mereka seakan mau keluar semuanya sebab mendengar riuh rendahnya suara itu. Dan di detik-detik penerimaan itu, supaya lebih yakin dalam melangkah, mereka pun hendak meminta wejangan dari sang Mahaguru Tupai, yang selama ini dipercayai sebagai pamong bagi masyarakat maupun para elit kerajaan. 

Dengan mendapat wejangan dari Mahaguru Tupai itu mereka berharap akan mendapat pencerahan mengenai langkah apa yang paling tepat untuk mereka lakukan. 

Mahaguru Tupai yang sudah tampak sepuh itu kian menampakkan kharismanya. Pandangannya yang sangat luas dan tajam mengenai persoalan kerajaan telah banyak memberikan ketenteraman tersendiri bagi siapa saja yang terhimpit oleh persoalan-persoalan besar. Tak terkecuali polemik yang akan menimpa Badak dan Koala. 

Kali ini, keduanya tak ingin salah dalam melangkah. Untuk itulah keduanya hendak mengambil pertimbangan dari arahan Begawan Tupai yang teramat bijak itu. 

Begawan Tupai menyarankan agar keduanya untuk tidak usah terlalu mengambil pusing persoalan penghargaan itu, sebab kedua langkah mereka tersebut dapat dibenarkan. Baik menerima maupun menolak penghargaan itu semua ada benarnya. Namun, tentu saja, dari masing-masing pilihan itu tetap akan ada konsekuensinya. 

Konsekuensi yang mungkin akan mereka peroleh manakala menolak penghargaan itu ialah akan dianggap sebagai sosok yang tidak menghargai penghormatan dari sang Maharaja Singa. Namun, itu pun sebenarnya tidak mengapa. Sebab, di luar sana masih akan banyak penghargaan lainnya yang akan mereka peroleh dari penduduk kerajaan, selama keduanya masih memperjuangkan hak-hak mereka. 

Sementara itu, menurut pandangan Begawan Tupai, jika keduanya berkeinginan untuk menerima gelar kehormatan itu pun tidak akan menjadi persoalan. Akan tetapi dengan catatan, mereka masih bisa menjaga sportivitas dalam memandang kebijakan para pemangku kekuasaan pada kerajaan rimba, dengan segala risikonya.

Begawan Tupai berpesan, janganlah penghargaan itu nanti akan menumpulkan ketajaman kritikan mereka pada pihak kerajaan meskipun konsekuensinya gelar itu akan dapat dicopot kembali oleh sang Maharaja Singa sewaktu-waktu, jika berselisih dengannya. 

Begawan Tupai menekankan, Gelar kehormatan itu hanyalah sebuah simbol yang nilainya tidak akan lebih tinggi dari dedikasi yang telah keduanya curahkan untuk negeri ini. 

Gelar bisa saja hilang dan dicopot kapan saja, namun pengabdian mereka pada masyarakat rimba dapat terus mereka jalani selama mereka masih hidup.

Berbekal wejangan dari sang Mahaguru Tupai ini pun keduanya menjadi lebih lega, sebab kedua langkah yang mereka ambil itu akan ada pembenarannya dari perspektifnya masing-masing. Dan inti dari kebenaran itu adalah manakala mereka masih memandang, memperhatikan, menyuarakan, dan memperjuangkan rintihan dari rakyat penghuni rimba. 

Akankah keduanya terus mempertahankan prinsip untuk menyuarakan aspirasi rakyat rimba setelah menerima penghargaan itu? Kita simak saja pada episode berikutnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun