"Kita semua membayar ongkos bagi kegilaan kita untuk bergegas, desakan kita yang membabi buta, kehidupan kita yang terburu-buru"-Jonathon Lazear
Saat ini, kita hidup dalam masyarakat yang serba terburu-buru (Manic Society), serba segera, serba cepat, serba ringkas juga tak segan potong kompas.
Ini bukan saja soal ritme dan aktifitas motorik yang ekstrem atau dorongan yang sangat kuat untuk bertindak, tetapi bahwa ini sudah menjadi tata nilai, acuan dalam mengukur kemajuan, pencapaian, kesuksesan dan keberadaban kehidupan kita hari ini.
Yang khas dan kental dari karakter masyarakat serba terburu-buru ini adalah ketidaksabarannya. Robert Holden pendiri The Happiness Project melukiskan karakter ini dengan miris:
"Jika sebuah hubungan tidak berkembang dengan cepat, kita meningalkannya. Jika seseorang tidak bisa bicara cukup ringkas, kita tutup telinga. Jika seseorang tidak bisa menjelaskan maksudnya dengan segera, kita jelaskan maksud mereka untuk mereka. Jika sebuah hubungan terantuk masalah, sulit dipercaya bahwa hubungan itu bernilai. Kita tidak nyaman dengan jeda dalam percakapan. Kita sering memotong pembicaraan untuk tiba di akhir lebih cepat, kita perlu terus bergerak"(Robert Holden-Success Intelligence).
Ketidaksabaran sering kali melahirkan kecerobohan dan kekonyolan yang sangat merugikan orang lain.
Sebut saja satu kasus bagaimana seseorang asal jepret dan posting saat melihat seorang bapak di halaman pusat perbelanjaan membawa beberapa troli belanjaan, menyusul diumumkannya 2 pasien positif COVID-19.
Belakangan muncul di sosial media keberatan dari pihak keluarga si bapak atas gambar yang kadung viral itu, yang menjelaskan bahwa orang tuanya adalah pedagang kelontong yang rutin sedemikian jumlah belanja untuk tokonya, bukan sedang terlibat panic buying sebagaimana yang ingin dikesankan.
Secara psikologis, prilaku dalam masyarakat ini di kelompokan dalam prilaku "Tipe H":
Hurried (bergegas). Prilaku yang selalu bergegas, seolah hidup sudah di tepian umur hidupnya. Hostile (ganas). Prilaku yang ganas tak kenal belas kasih. Dalam konteks bersaing, baginya orang lain adalah ancaman dari pencapaiannya, dan ini dalil untuk menyingkirkan segera pesaingnya. Humourless (gersang). Prilaku yang gak asik, garing dalam relasi sosial, penuh ketegangan dalam menghadapi setiap persoalan, sensitif (untuk menyebut gampang terpancing marah).
Hari ini, kita terkondisi untuk segala harus segera dicapai dipenuhi dan diselesaikan. Kita terdesak oleh tuntutan pribadi dan lingkungan, sampai tujuan hakiki justru diabaikan tapi yang nisbi diperjuangkan.