Sementara itu, 'Ratna' bukanlah Ratna yang selalu mendapatkan halang bahkan perlakuan kekerasan ayahnya, Justru 'Ratna' adalah sumber di mana kekerasan saling berdentum bertumbukan keras. Kebohongan yang meluncur lancar dari mulut 'Ratna' telah membentangkan  karpet merah baginya menuju gerbang jeruji penjara. "Tok, tok!" palu vonis 2 tahun diketok untuk kehidupan 'Ratna', ia menebus karma.
Galih sigap menatap dan mengikuti gerak tiap gerbong kereta yang melaju kencang dimana Ratna dipindahkan orang tuanya ke Jogja demi memisahkan dan memutus tali cinta kasih keduanya. Lamat tertutup deru kencang gesekan rel dan angin yang dihembuskan tiap gerbong, " Galiiiiiiih," seru Ratnaa dari balik jendela tempat duduknya dan terisak. Galih mencari sumber suara itu.
'Ratna' tidak sedang menyeru 'Galih', mungkin sedang meratapi dan menyesali kebohongannya. Sementara 'Galih' segara menyusul 'Ratna' ke penjara demi mulut sampah 'ikan asin'-nya.
'Galih dan 'Ratna' dipertemukan oleh 'mulut sampah'-nya.