Bukankah harapan terjadinya mukjizat justru menjauhkan orang dari apa adanya? Bukankah mukjizat sudah berlangsung setiap saat, ketika orang dapat melihat dari keadaan sadar -- tejaga --bebas pikiran?
Melihat segala sesuatu seperti apa adanya adalah melihat mukjizat dalam segala hal yang berlangsung setiap saat" ( hal.87).
Reaksi manusia, menderita atau gembira, berada di ruang apa yang seharusnya. Satu contoh, pagi ketika hendak mulai beraktifitas, turun hujan deras tak dinyana (apa adanya).
Ia merasa hujan menghambatnya, hujan menghalangi dan gangguan baginya, karena seharusnya ia dapat langsung berangakat memulai aktifitas tanpa gangguan apapun. Kesenjangan antara apa adantya dan apa yang seharusnya lah tempat konflik batin berkecamuk.
"Orang yang tidak mempraktikan keaasdaran dan hidup dengan kesadaran tingkat pertama ( sadar yang bukan tertidur atau pingsan tak sadarkan diri---peresensi), punya kesempatan mengalami mukjizat sekali sebulan.Â
Sedangkan orang yang mempraktikan kesadaran dan hidup dengan kesadaran tingkat kedua (awareness---peresensi) punya kesempatan lebih banyak untuk dapat melihat atau mengalami lebih banyak peristiwa luar biasa dari saat ke saat.
Mukjizat yang dilihat dari kesadaran tingkat kedua tidak selalu terkait dengan hal-hal "fisikal" seperti kesembuhan penyakit, keberhasilan dalam bisnis atau pekerjaan, ketemu jodoh, dan semacamnya; tetapi juga dan terutama terkait dengan hal-hal "non-fisikal" seperti terbebasnya batin secara total dari konflik dan pergulatan, harmoni dalam relasi, tanggalnya kelektan dan keterkondisian, kejernihan dalam melihat atau mendengar, mekarnya batin dalam kecerdasan, cinta, dan belas kasih"(hal 86).
Keheningan dan perubahan radikal
Buku yang dalam waktu 2 bulan telah masuk cetakan kedua ini adalah keheningan yang dibagi. Seperti pada bagian terakhirnya yaitu bab 26 Memperluas Horison Belas Kasih, buku ini adalah perluasan dari welas asih penulisnya.
Apabila dibaca dengan batin yang setara, batin yang tidak berceloteh, berkomentar, maka membacanya berarti berada dalam keheningannya dan sebuah transformasi ditingkat psikologis tengah berlangsung dengan sendirinya (effortless)
"Tidak mungkin terdapat perubahan fundamental dalam diri kita, apabila tidak terdapat transformasi kesadaran. Begitu pula, tidak mungkin terdapat perubahan dalam struktur sosial di luar secara mendasar, tanpa perubahan kesadaran pada diri manusia. Keduanya baik transformasi kesadaraan individu maupun transformasi kesadaraan sosial struktural mensyaratkan adanya keheningan batin"(hal.25).
Dunia keheningan adalah dunia yang tak ada kepastian didalamnya, untuk itu ditakuti orang sekaligus diminati.