Lama sekali aku ingin menceritakan hal ini, namun belum tau pada siapa aku bercerita, tidak mungkin pada keluarga karena mereka tak akan pernah bisa memberi solusi, tak mungkin pula pada rekan kerja karena mereka tak mungkin memahami kemauanku.
Sekarang, di sinilah aku menuliskan, entah siapa dan siapa saja yang mau mendengarkan, entah siapa pula yang akan mau mengerti terlebih menepuk pundakku untuk sekedar menguatkan dan memberi sedikit jawaban dari segenap pertanyaan yang membingungkan ini.
Jujur, mungkin karena aku hidup di tengah keluarga yang serba pas-pasan bahkan kekurangan sehingga aku ingin terus belajar, berfikir dan mencoba mencari jalan meskipun itu sulit.
5 Tahun lalu, (Jauh sebelum aku bermain di dunia Handphone untuk cari makan), aku seorang karyawan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Kimia, perusahaan itu cukup hebat bahkan bisa bekerjasama dengan perusahaan besar sekelas SINAR MAS Grup.
Dari sana awal mula aku di pertemukan orang belanda, Dr. Kenny nama-nya, beliau orang yang hebat dan telah menemukan banyak solusi tentang peternakan di Indonesia. banyak pula predikat prestasi yang beliau raih sejak presiden Soeharto hingga SBY.
Namun pertemuan itu singkat sekali, tidak lebih dari satu bulan, sebelum akhirnya beliau berpulang ke sisi Tuhan sesaat setelah serangan jantung pada waktu memberi presentasi di salah satu perguruan tinggi negeri di surabaya.
Sebelum beliau wafat, dua minggu sebelumnya beliau mengajariku tentang pertanian sistim organik yang beliau pelajari beberapa tahun silam, alhasil baru 70% pembelajaran, mau tidak mau aku dan juga keluarga beliau harus mengikhlaskan kepergian itu.
itu cerita awal, dan sebenarnya bukan itu yang ingin saya pertanyakan dan bingungkan selama ini..
Setelah kepergian beliau, aku terus meneruskan penelitian, pembelajaran demi pembelajaran terus saya lakukan untuk menggenapkan 70% materi yang sudah saya terima tersebut.
Akhirnya, berhasil sudah inti dari penemuan pertanian organik seperti yang Alm. Dr. kenny ceritakan bahwa di belanda atap rumahpun bisa jadi lahan pertanian.
Materi itu selesai saya simpulkan tepat dengan naik drastisnya harga pupuk dan turun drastisnya harga panen di Negeri tercinta ini. sebegitu mirisnya sampai harus import beras dari Filipina. coba sedikit saja bayangkan luas Negara kita jika di bandingkan dengan luas Filipina?? apa nggak kebalik toh harusnya?? mengapa gugusan ladang sebegitu luas malah import dari sana??
Saya semakin terharu dengan naiknya pupuk kimia yang saat itu sampai 160.000/50kg. nilai yang sangat fantastis untuk di peroleh petani, sudah begitu untuk mendapatkan juga sulit, langka.
Tiga bulan kemudian setelah panen datang kembali menangislah mereka menerima kenyataan bahwa harga jual hasil panen tidak seperti yang kita harapkan, Harga Gabah hanya 1750-2500/kg sementara harga beras hanya 4800-5600/Kg.
Jika ini di kalkulasi secara keseluruhan, para petani amat rugi, namun beruntunglah para pemerintah, karena apa?? Karena perhitungan petani tidak pernah sedetil perhitungan DPR waktu Korupsi. Yang mereka tahu ketika panen uang mereka banyak, tanpa menghitung Modal awal dan juga tenaga.
belum lagi pembagian RASKIN, dari pemberian nama RASKIN saja sebenarnya sangat memojokkan rakyat, memojokkan saya, juga keluarga dan seluruh rakyat miskin. mengapa negara yang katanya 75% adalah bertani ini masih miskin dalam hal BERAS..???
Sejak itu, tepat Tahun 2010 awal-awal, aku mulai menguji coba tehnik dan juga pupuk organik warisan Alm Dr. Kenny, di awal saya coba dengan menanam sekala kecil 25 jenis tanaman pangan di halaman samping tempat saya bekerja. Hasilnya sangat luar biasa.
Dari situ saya memberanikan diri untuk mengaplikasikan di sawah keluarga, lagi-lagi hasilnya sangat istimewa, berlanjut saya meminta tolong salah satu perangkat desa untuk mencoba di sawah beliau, lagi dan lagi hasilnya menakjubkan. belum berani aku ambil kesimpulan, masih ku coba sekali lagi di sawah milih Kades daerah Madiun, dan memang hasilnya sangat memuaskan.
Selama satu tahun pengujian, saya selalu memantau untuk efaluasi kekurangan, dan memang mendapati beberapa jenis tanah harus dengan dosis yang berbeda.
Lalu, di penghujung 2010, saya beranikan diri untuk mengenalkan kepada publik, demi bangsa ini, di temani 2 orang sahabat saya, kami bertiga mulai memproduksi banyak. Niat kami memang ingin mengurangi beban petani dan memberi senyum mereka ketika panen datang.
Kami sudah bertekat tidak mengambil untung sedikitpun, hanya mematok tarif bahan baku, botol, juga oprasional. Waktu itu kami jual 9500/botol. dan dua botol pupuk itu fungsinya sama dengan 50kg Pupuk kimia. itu artinya 19.000 lawan 160.000. Nilai yang cukup effisiensi untuk setara Petani.
Puji sukur kami bisa menolong dan mulai di kenal Masyarakat, kami sudah menyebar ke Madiun, Nganjuk, Bojonegoro, juga Madura.
Tetapi, disinilah puncak cerita, setelah berjalan setahun kami mencoba membangkitkan pertanian jaya raya Indonesia, memberi ketegaran dan ketenangan Petani tentang Pupuk dan hasil panen, muncul suatu masalah, masalah yang sangat besar menurut kami.
Entah orang-orang dari mana yang tiba-tiba mendatangi tempat kami mengolah pupuk. lima orang datang, dua dari mereka berpakaian polisi.
Mereka katakan, tindakan kami ILEGAL dan melanggar Hukum, karena Pupuk kami tidak terdaftar dan belum memiliki Ijin. Kami di minta berhenti sebelum memiliki ijin lengkap.
Kami bertiga masih tenang, esok harinya kami coba mengurus perijinan, di bantu salah satu Pers dari koran yang belum terkenal.
Singkat cerita, kalian tahu??? Butuh 60 Juta untuk meLEGAL-kan itu..
Hatiku berkata “ANJING”...!! kemudian kedua temanku menenangkanku dan kami kembali ke rumah untuk memikirkan masalah itu.
Mungkin saja kami bisa mencari Investor untuk melengkapi perijinan, tapi kami berfikir ulang, jika 60 juta harus keluar itu artinya kami harus menjual Pupuk sangat Mahal untuk mengembalikan Modal, dan itu artinya Niat untuk menolong beban Petani tidak ada lagi, yang ada justru bisnis. Apa bedanya kalau seperti itu??
Setelah seminggu berlalu, saya memutuskan berhenti dengan Proyek ini..
Aku menyerah..
Kami bertiga menyerah..
Kami memilih berdiam dengan semua ini..
Hanya mampu tertawa dengan Indonesia yang seperti ini....
Satu hal yang pasti dan terus saya pikirkan, Apa di pikiran bajingan-bajingan berdasi itu tidak ada pikiran Kasihan pada Rakyat yang terus di plintir dan di settting sedemikian miskin??
Mengapa mereka TEGA..?? Hanya mereka, setan, dan Tuhan yang tahu..
Yang terpenting, aku senang hampir setahun memberi sedikit arti untuk sebagian orang, meskipun semua sudah terpaksa berhenti...
SEMANGAT untuk PETANI INDONESIA..!!! Do'akan suatu saat kami bisa menemani kembali..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H