Sore tadi, gempa 6,1 SR mengguncang bagian barat Pulau Jawa, termasuk Jakarta yang memiliki banyak gedung pencakar langit. Guncangan  bumi tersebut  terasa juga di tempat saya bekerja, sebuah gedung berlantai  16 di Jakarta Selatan. Kebetulan saat  terjadi gempa, saya sedang  di kantor yang berada di lantai paling atas bangunan tersebut.
Saat itu saya sedang duduk santai  dan kadang berbincang dengan teman yang mejanya di sebelah saya ketika lantai mulai bergetar. Saya pikir itu efek dari  gondola yang memang biasa digeser-geser ketika ada pemeliharaan gedung. Tapi makin lama makin bergoyang dan diyakini itu ternyata gempa. Kamipun mulai berhamburan ke luar kantot.
Meski panik, kami tertib keluar menuju tangga darurat.  Dalam simulasi evakuasi bencana yang dilakukan penyelenggara gedung memang tidak diperbolehkan menggunakan lift ketika ada gempa atau kebakaran. Kalau tidak demi keselamatan,  tidak ada yang mau menggunakan tangga  untuk turun dari lantai 16 tersebut.  Â
Sementara itu, Â salah satu pegawai yang mendapat tugas sebagai bagian evakuasi berkeliling dulu untuk memastikan semua orang sudah keluar kantor. Dia adalah orang terakhir yang keluar dari kantor untuk bergabung dengan yang lainnya menuruni tangga.
Selama menuruni tangga, kami tidak berlari tetapi hanya berjalan cepat. Makin bawah, jumlah pengguna tangga tersebut makin banyak karena setiap lantai jumlah orang yang bekerjanya bisa lebih dari 50 orang. Meski orang nya  ratusan dan situasi panik, kami tetap disiplin, berjalan cepat tidak saling mendahului.Â
Tiba di bawah, kami menuju muster point masing-masing.  Semua kendaraan yang biasa lalu-lalang di sela-sela tower dijaga ketat oleh para security untuk tidak bergerak dulu. Perusahaan yang pegawainya banyak bahkan harus mengabsen pegawainya. Kebetulan  di perusahaan kami sebagian besar sedang tugas  luar sehingga pegawai yang ada saat itu hanya belasan saja dan cukup diingat bahwa semua sudah lengkap.
Tidak terbayangkan kalau  pengelola gedung tak pernah melakukan latihan evakuasi, tentu dalam suasana panik itu yang bisa berlari akan berlari menuruni tangga untuk sesegera mungkin sampai di bawah.  Ratusan orang harus berebut anak tangga pada lorong miring selebar 2,5 meter bisa-bisa banyak orang yang  mati terinjak  seperti Tragedi Mina.
Memang, ketika ada simulasi bencana , rasanya malas tiba-tiba harus keluar kantor dan berkumpul di muster point, tetapi setelah melewati kejadian tadi, terasa sekali manfaatnya pelatihan evakuasi tersebut.  Bedanya, ketika simulasi itu kami ambil ketawa-tawa atau mainin gadget, pada kejadian tadi  sebagian besar pasang muka serius bahkan sebagian juga lupa membawa gadget.
Alhamdulillah, tidak terdengar ada korban karena kepanikan tersebut meski di kompleks perkantoran itu ada 5 tower dan lebih dari 1000 pekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H