Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membudayakan Perilaku Bekerja Berbasis Keselamatan

9 Desember 2017   11:44 Diperbarui: 9 Desember 2017   11:49 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerugian akibat kecelakaan kerja ibarat gunung es, yang tampak jelas hanya sedikit sementara bagian terbesarnya tidak terlihat atau bahkan tidak disadari.  

Di Kantor saya pernah kurang kontrol makan daging kambing yang menyebabkan tekanan darah naik atau apa, yang terasa adalah kepala pusing luar biasa. Akhirnya saya diantar supir kantor pulang awal dan langsung berobat ke rumah sakit.Kerugian terlihatnya adalah tiba-tiba saja saya harus mengeluarkan uang buat beli obat kemudian harus ke dokter. Kerugian tidak terlihaatnya adalah kantor tetap menggaji saya meski tidak bekerja, belum lagi kalau saat itu ada deadline pekerjaan yang tidak terselesaikan, dan seterusnya.

Karena alasan tersebut, budaya kerja dengan basis keselamatan menjadi sangat penting. Perilaku bekerja tidak hanya urusan menjahit jika bekerja di garmen atau mengelas jika bekerja di bengkel. Perilaku kerja dimulai dari keluar dari keluar dari rumah, di perjalanan ke tempat kerja, saat istirahat dampai pulang lagi ke rumah. Di dalamnya terdapat banyak perilaku yang dapat menimbulkan kecelakaan atau berpotensi sakit. 

Salah satu contohnya adalah yang saya alami di atas, tidak menghiraukan mengkonsumsi makanan yang bisa membuat sakit. Perilaku lainnya bisa saja seperti penggunaan sepatu hak tinggi yang menyebabkan tersandung dan keseleo di tangga, colokan listrik yang tidak teratur yang dapat menyebabkan konslet dan sebagainya.

Seorang teman saya di perusahaan lain, karena jarang merawat sepeda motornya, tiba-tiba saja rantenya putus ketika perjalanan ke kantor. Untungnya dia tidak mengalami kecelakaan. 

Namun ia datang terlambat 2 jam karena harus mendorong ke bengkel terdekat dulu dan memperbaiki sepeda motornya sebelum melanjutkan perjalanan. Celakanya, dia adalah orang terakhir yang harus memeriksa dokumen tender sehingga akhirnya batal mengikuti tender tersebut karena terlambat datang.

Kembali ke laptop, perilaku kerja berbasis keselamatan adalah sebuah upaya untuk menghindari kecelakaan-kecelakaan tersebut. Caranya adalah dengan saling mengingatkan, melakukan investigasi sederhana dan mendokumentasikannya dan dibawa ke rapat manajemen. 

Kalau sekedar mengingatkan, bisa saja hanya ditaati saat itu, tetapi dilakukannya lagi di kemudian hari. Tetapi jika investigasinya dibawa ke rapat manajemen, itu akan menjadi catatan buat semua orang untuk tidak melakukannya lagi

Investigasi dan pendokumentasian kecelakaan atau potensi bahaya bisa saja dibuat secara sederhana tergantung level pekerjaannya. Untuk kasus teman saya di atas, bisa hanya memuat 5  hal, yaitu 1. Kasus : kerusakan sepeda motor; 2. Potensi Bahaya : Kecelakaan lalu-lintas; 3. 

Resiko Lanjutan : terlambat atau gagal mencapai tempat kerja; 4. Investigasi : kurang teraturnya pemeliharaan kendaraan; dan 5. Solusi : Agar merawat kendaraan dengan baik dan teratur.

 Yang ditegur atau diingatkan tidak perlu merasa nggak enak atau tersinggung. Bagian K3L harus bisa menjelaskan dengan baik mengenai manfaat sistem ini di seluruh jenjang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun