Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Akhir Tahun ke Pantai Sawarna

4 Januari 2017   11:56 Diperbarui: 4 Januari 2017   12:07 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keasrian obyek wisata bahari Pantai Sawarna, Bayah, Kabupaten Lebak, Provinisi Banten, yang banyak dimuat di internet, benar-benar mengundang minat kami sekeluarga untuk mengujungi tempat tersebut. Selain indah, konon pengunjungnya relatif sedikit karena lokasinya yang jauh dan tidak ada angkutan umum.

Kebetulan menjelang tahun baru ini, saya dan anak-anak mendapat kesamaan waktu libur yang cukup panjang, yaitu 4 hari (sebenarnya saya hanya 3 hari, tapi mengambil cuti rutin 1 hari). Untuk mengakali besarnya biaya yang harus dikeluarkan, saya membuat skenario paket hemat tanpa mengurangi jumlah obyek yang akan kami nikmati. Paket hemat yang saya maksud adalah  selama di sana  masak sendiri sebisa mungkin karena pastinya di tempat wisata biaya makan akan selalu besar.

Karena itu, selain sepeda dan peralatan main laut, kami juga membawa perlengkapan masak dari mulai rice cooker, bumbu dapur sampai arang untuk membakar ikan. Kompor dan wajan tidak dibawa karena berdasarkan informasi umumnya tersedia di setiap cottage yang ada di sana.

Dari Pelabuhan Ratu, kami menyusuri pantai ke arah barat melalui Cisolok dan Pantai Kaharng Hawu sekitar 40 km. Setelah itu masuk ke jalan desa yang naik-turunnya sangat terjal sekitar 9 km, sampailah kami di Desa Sawarna. Suasana pariwisata sudah terasa ketika masuk ke desa tersebut dimana mobil-mobil pribadi berplat jauh berseliweran di perkampungan tersebut. Untunglah kami masih mendapat penginapan yang cukup ideal, yaitu tak terlalu jauh dengan pantai dan mobil sampai ke samping kamar.

Karena waktu sudah hampir jam 5 sore, kami hanya istrirahat sedikit untuk kemudian menikmati sunset di Pantai Ciantir yang dapat dijangkau dengan jalan kaki 10 menit dari penginapam. Saya dan dua anak kali-laki saya bermain pasir putih yang sangat bersih, sementara istri dan anak perempuan saya lebih banyak menikmati suasana sunsetnya, Gelombang khas pantai selatan yang besar tidak mengganggu wisatawan menikmati alam karena area pasir putihnya sangat luas. Sepintas, perbedaan tinggi pasang surutnya bisa lebih dari 2 meter.

Malam pertama, selagi istri memasak nasi di rice cooker, saya membeli ikan segar.  Memang harganya sudah mahal karena harga wisata, tapi masih jauh lebih murah daripada kami harus makan di rumah makan atau kedai-kedai yang ada disitu. cukup 150 ribu untuk mendapat 2,5 kg ikan segar untuk santap malam. Ikan sebanyak itu cukup untuk makan malam dan sarapan pagi esok harinya.

Karema obyek wisata yang ada di Pantai Sawarna tersebar dan umumnya tidak dapat dijangkau kendaraan roda empat, kami menyewa dua sepeda motor untuk mengunjungi obyek-obyek wisata yang menjadi khas Pantai Sawarna.  Satu motor jika dibawa sendiri sewanya antara 100-120 ribu saja per hari.

Hari kedua, pagi harinya kami mengunjungi pantai Legon Pari. Sebuah pantai yang sedikit menjorok ke dalam yang sangat indah. Selain pasirnya putih bersih, di sini bisa main laut sepuasnya di antara ombak-ombak yang besar khas pantai selatan karena ada penjaga pantainya yang senantiasa mengingatkan pengunjung jika tanpa sadar memasuki area berbahaya. 

Sebelah timur pantai ini ada Karang Taraje, yang konon sangat indah paduan antara batu karang dan deburan ombaknya. Namun kami hanya menikmati panorama itu dari kejauhan saja.  Sebelah baratnya ada pantai Karang Beureum yang menampilkan hal yang hampir sama.  Munkin karena diapit oleh dua pantai karang inilah, Legon Pari ini bersih dari  sampah-sampah laut.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setalah puas bermain laut di tempat ini, kami pulang dulu ke penginapan untuk beristirahat. Setalah tidur siang sebantar, sekitar jam 2 siang kami pergi lagi ke iconnya Pantai Sawarna, yaitu Tanjung Layar. Di sini ada batu besar yang sangat kokoh dan tidak habis terkikis hantaman ombak sehingga membentuk keunikan tersendiri. Sekitar 30 meter dari  batu ini ada benteng karang yang memagari batu dari hantaman ombak. Di sekitar itu ada juga Pantai Pasir Putih, namun karena tipikal dengan pantai Ciantir kami hanya duduk-duduk sebentar menikmati ombak sambil menyantap kelapa muda saja.

Hari ketiga, kami mulai agak bosan dengan obyek wisata bahari itu sehingga memutuskan untuk pulang. Beberapa obyek wisata non bahari seperti Goa Lalay dan Goa Langir tidak kami kunjungi karena kami memang tidak begitu berminat.

Jika pergi saya menggunakan jalur Sukabumi-Pelabuhan Ratu, perjalanan pulang menggunakan jalur Bayah-Malingping-Rangkas Bitung-Leuwiliang. Sepanjang 40 km pertama  dari Bayah sampai Malingping, kami masih berada di suasana laut dengan pantainya yang cukup indah dan dan airnya yang bersih.

Sampai rumah, Alhamdulillah tidak ada kemacetan yang berarti sehingga perjalanan wisata ini sangat menyenangkan karena tidak diciderai dengan kemacetan di perjalanan.

Ayo, siapa menyusul……

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun