Anak pertama saya, Satria Gundara, laki-laki, 15 tahun lebih dikit, kelas dua SMA, katanya memang sering tadaraus di masjid sekolahnya sehingga di tasnya ia tidak pernah ketinggalan membawa qur’an kecil Dalam keseharian, dia ke sekolah menggunakan motor laki-laki GL MAX. Melanggar memang, tapi kata polisi tidak apa-apa selama bisa menunjukkan kartu pelajar dan STNK.
Karena dari sekolah ke rumah bisa melewati jalan-jalan kecil, saya arahkan anak saya untuk mengindari jalan-jalan besar dan jalan protocol. Selain untuk menghindari lalu-lintas yang padat, juga untuk menghindari razia karena ia sebenarnya belum memiliki SMI karena belum berusia 16 tahun dan belum punya KTP.
Seperti halnya kota-kota lain, isu dan kejadian tawuran pelajar juga terjadi di Bogor. Berita tawuran pelajar yang menyebabkan korban tewaspun saya pernah mendengarnya dengan lokasi tidak jauh dari rumah kami. Walhasil, kehidupan remaja sekarang cukup mengerikan sampai-sampai polisipun sering melakukan razia senjata tajam terhadap anak-anak sekolah yang bersepeda motor.
Suatu ketika, “priiiit….” Motoranak saya dan belasan motor anak sekolah yang lainnya diberhentikan polisi. Satu demi satu, tas sekolah yang dibawa anak-anak digeladah dan mereka dikumpulkan di sebuat tempat tak jauh dari situ. Kata anak saja, ada satu dua senjata tajam yang diambil dari tas anak-anak yang diperiksa itu.
Ketika memeriksa tas anak saya, ia menemukan kitab suci kecil bersampul seperti dompet yang saya belikan sekitar 2 tahun lalu itu. Tanpa memeriksa lebih lanjut, dengan raut muka langsung berubah menjadi sangat ramah, polisi itu mempersilahkan anak saya untuk segera jalan lagi dan sambil tak lupa mengingatkan untuk hati-hati hati di jalan.
Menurut anak saya, kejadian itu dialaminya lebih dari 1 kali dan selalu lolos tidak dimasukkan ke dalam kompulan anak-anak lain yang kena razia itu....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H