Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Jembatan Penyeberangan Perlu Eskalator untuk Kaum Difabel

24 Desember 2014   16:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:33 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu lalu, jembatan pemyeberangan  di sisi barat Stasiun Tanjung Barat efektif digunakan. Yang biasanya pagi sore orang yang menyeberang sudah tahap mengganggu arus lalu lintas, kini tidak lagi meskipun kemacetan tidak juga hilang. Jembatan di sisi timur sudah sudah beroperasi jauh sebelumnya. Saya tidak tahu persis karenaa tidak pernah menyeberang di sisi tersebut.

Di stasiun itu  memang banyak orang yang turun naik baik pagi maupun sore, yang turun adalah mereka yang  datang untuk bekerja di kawasan perkantoran sekitar situ dan yang naik adalah warga pemukiman sekitar situ yang bekerja di tempat lain  menggunakan modus transportasi kereta.

Yang namanya orang bekerja, tentu tidak semuanya orang-orang yang berbadan tegap dan kuat secara fisik. Sebagian dari mereka adalah orang-orang tua yang tidak kuat naik turun tangga penyeberangan yang tingginya sekitar 5 meter tersebut. Juga ibu-ibu hamil yang masih bekerja. Setiap hari, hampir disetiap sudut pengeberangan sering terlihat orang tua atau ibu hamil yang terengah-engah naik atau yang tergopoh menuruni tangga penyeberangan tersebut.

Penumpang sepeda motor, sebenarnya   bisa saja menurunkan penumpangnya di sisi kanan sehingga penumpangnya harus menyeberang. Tetapi karena jalan masuknya ditutup, Tidak ada jalan alternatif yang dapat menjangkau stasiun tersebut selain melalui jembatan penyeberangan.

Benar-benar kasihan melihat para manula dan ibu hamil tersebut harus setiap hari bersusah payah naik turun jembatan penyeberangan tersebut. Saran saya, ada baiknya pemerintah atau mungkin pihak PTKAI memperhatikan hal tersebut, misalnya dengan menggunakan eskalator, atau membuka penyeberangan di jalan khusus untuk mereka yang dijaga oleh petugas. Atau mungkin bisa saja membikin lift/eskalator komersial misalnya 500 rupiah untuk sekali turun naik karena mengoperasikan lifit atau eskalator pasti memerlukan biaya besar.

PTKAI sudah membuat tempat duduk proiritas bagi mereka-mereka tersebut sehingga memberi kesan lebih memanusiakan penumpangnya. Kapan nih pengelola jalan akan memperhatikan kondisi mereka….? Yang pastinya, tidak hanya di Stasiun Tanjung Barat saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun