Mohon tunggu...
Maman Imanulhaq
Maman Imanulhaq Mohon Tunggu... Anggota DPR RI -

Ketua Lembaga Dakwah PBNU, Anggota DPR RI Periode 2014-2019, pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka, penulis buku "Fatwa dan Canda Gus Dur" dan Antologi Puisi "Kupilih Sepi".Email:kang_maman32@yahoo.com, Twitter; @kang_maman72. Ketik: Kyai Maman>kangmaman100’s chanel www.youtube.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyalakan Obor Toleransi

30 November 2014   15:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:28 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari toleransi bagi bangsa Indonesia pada 16 November 2014 merupakan moment yang tepat untuk mengajak seluruh elemen bangsa menyadari  serta mengakui dan menghargai hak dan keyakinan orang kemudian  menyadari betapa ketidakadilan, penindasan, rasisme, diskriminasi, kebenciaan berbasis agama, kekerasan mempunyai dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bersama. Untuk Indonesia terkini peringatan hari toleransi dunia merupakan sarana untuk terus megingatkan Negara agar memberikan jaminan dan hak-hak warga Negara yang selama ini tercerabut dari akarnya. Sehingga jaminan konstitusi 1945 dapat  dijalankan sebagaimana mestinya. Sehingga tujuan hidup bangsa Indonesia dapat tercapai.

Melihat toleransi merupakan penghormatan, penerimaan, dan penghargaan atas keanekaragaman budaya, ekspresi, dan cara pandang setiap insan manusia. Maka sikap toleransi dapat memupuk keterbukaan, pengetahuan, kebebasan, sehingga  harmoni dalam keragaman dapat tercipta. Toleransi harus menjadi sikap politik serta  hukum seperti penciptaan dunia damai tanpa perang dan perlindungan hak-hak kelompok minoritas. Sehingga toleransi dapat diartikan kewajiban setiap individu, kelompok dan Negara. Bukan berdasarkan belas kasihan dari kelompok mayoritas kepada kelompok minoritas. Dapat diartikan toleransi merupakan tanggung jawab untuk menegakkan hak asasi manusia, demokrasi dan pluralisme.

PENUTUP

Mengukur toleransi atau intoleransi semata hanya angka, tapi gejala sosial seperti menguatnya konservatisme agama, kecenderungan segregasi sosial berdasarkan identitas agama, merosotnya penghargaan pandangan individu dan kelompok terhadap individu dan kelompok yang berbeda keyakinan. Untuk mengukur toleransi atau intoleransi tidak hanya angka yang hanya akan menjerumuskan kita kepada kegagalan  memahami perkembangan sosial. Hingga kini penyebab-penyebab terjadinya pelanggaran kebebasan/berkeyakinan belum diatasi oleh aktor Negara seperti pembiaran produk hukum yang diskriminatif, diskriminasi korban pelanggaran, pembiaran pelaku kekerasan menikmati impunitas dan immunitas karena tidak diadili secara fair, juga pembiaran berbagai provokasi yang terus menebar kebencian terhadap kelompok-kelompok agama atau keyakinan rentan lainnya.

Kita perlu melihat toleransi di Indonesia bukan juga dari berapa banyak jumlah rumah ibadah yang ertambah tiap tahun, bukan pula pada meriahnya pertemuan-pertemuan lintas agama  yang dihadiri oleh para tokoh agama. Tidak juga hanya melihat pada deklarasi-deklarasi perdamaian yang hanya disorot media, tetapi masih menyimpan sekam. Tidak hanya seremonial bagi kehidupan beragama. Tidak sebatas selesai pada meja-meja perundingan dan rapat-rapat elitis.

Karenanya, tepat pada hari Toleransi Internasional 16 November 2014 Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), sebuah aliansi keberagaman kebudayaan dan kepercayaan untuk mempertahankan Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa yang beragam dan menjunjung konstitusi, menggelar Obor Perdamaian 2014 " Damai Dalam Kebhinekaan". Acara dengan agenda Pawai Budaya yang akan diikuti ribuan peserta dari penjuru Nusantara, Orasi Budaya oleh Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, Pentas Tari Bali Sri Kamelawi, Puisi Perdamaian oleh Lurah Lenteng Agung, Susan Jasmin, Tarian Saman, Sape dan Papua serta Tribute untuk Frangky Sahilatua oleh Eva Sundari dan menyanyikan lagu-lagu almarhum Frangky bersama Lea Simanjuntak, Ivan, Takeda dengan iringan Musik Band Georgy.  Ini merupakan sebuah ikhtiar untuk Menghidupkan kembali nilai-nilai toleransi ditengah situasi ancaman kebhinnekaan yang terus tergerus. Perubahan dan perbaikan dalam ranah kehidupan beragaman, berbangsa dan bernegara adalah sebuah keniscayaan.

Toleransi adalah obor yang harus terus dinyalakan agar, mengutip Nurcholis Madjid,   “pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within the bond of civility)" tetap terjaga dalam prilaku kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan toleransi adalah  juga sebagai suatu keharusan bagi masa depan dan keselamatan bangsa Indonesia. Negara harus hadir dalam setiap persoalan bangsa, ia mewujud dalam keputusan politik dan aturan yang memberikan jaminan terhadap setiap invidu dan kelompok masyarakat. Jangan biarkan intoleransi kembali menggerus kebhinnekaan.

Penulis adalah Majelis Nasional ANBTI (Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika), Anggota DPR RI 2014-2019. e-Mail: mamanimanulhaq_48@yahoo.com. Twitter @Kang_Maman72

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun