Mohon tunggu...
Kang Kalih
Kang Kalih Mohon Tunggu... Konsultan - Petualang pendidikan nusantara

hobby jalan2, kuliner. mencintai tanah air, masyarakat & budayanya...\r\ntinggal di bogor, menggeluti bidang pendidikan, lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Papua, Bumi yang Tersembunyi (4)

15 November 2011   02:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:39 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wisata Kuliner

udang yang baru dipancing di sungai Digoel Satu hal yang paling menyenangkan dari bepergian adalah mencoba aneka makanan.  Aneka kuliner Nusantara yang kaya menunjukkan betap pengetahuan leluhur bangsa kita sudah sangat maju.  Menu masakan dan racikan bumbu adalah cerminan ilmu pengetahuan dan sains.  Bagaimana memadukan berbagai rempah sehingga menghasilkan rasa dan aroma yang beraneka rasa membuktikan keahlian bangsa kita, yang diwariskan secara khusus kepada kaum wanita Nusantara.  Berbanggalah wahai ibu-ibu yang hobi memasak, karena merekalah pewaris ilmu pengetahuan sejati. Tidak sekedar lezat, tetapi enak dipandang dan menghasilkan aroma yang menggoda.  Lebih hebatnya, tiap daerah memiliki kekhasannya sesuai konteks daerah masing-masing. Mengapa profesi Pak Bondan selalu membuat iri orang-orang, begitulah kuliner...  Demikian pula di Papua ini.  Saya mencoba mencari kekhasan makanan daerah ini.  Memang, karena jumlah penduduk yang tidak begitu banyak, apalagi komposisi penduduk asli dan pendatang berimbang, maka jenis kuliner pun didominasi masakan pendatang.  Warung makan Jawa, Padang dan Makassar lah yang ada. es pisang ijo.. lembut manis segar ditengah terik Kita mulai dari penyegar ya.... Es pisang ijo masih pilihan terbaik.  Pisang yang dibalut tepung berwarna hijau, mirip pisang molen, diberi es serut dan sirup cocopandan.  Kemudian diguyur seperti bubur sumsum encer dan diberi susu kental. Dihiasi butiran delima dan pacar cina, jadilah hidangan yang menggugah rasa.  Saat siang hari ditengah kota yang panas dan sedikit pohon rindang, duduk di bangku warung dihadapan kipas angin dan semangkuk es pisang ijo merupakan puncak ritual... mau yang lain? Ngga ada lainnya.... Masuk ke menu wajib.  Nasi memang makanan pokok disana.  Ubi mungkin sebagian warga Papua di pegunungan tengah.  Sedangkan di pantai dan daerah asimilasi sudah menjadikan nasi sebagai makanan pokoknya.  Warung makan beterbaran, menu sama seperti di Jawa, namun uniknya pasti tersedia daging rusa.  Daging rusa diolah kedalam berbagai menu masakan.  Ada lapis kecap, sate maupun bakso rusa.  Rasanya?  Tentu saja lezat.  Bakso rusa termasuk favorit jajanan.  Harga daging rusa lebih murah daripada daging ayam.  Di Merauke ayam per ekor berharga Rp 90.000,- , di Tanah Merah Rp 150.000,-.  Jadi tentu lebih pilih daging rusa daripada ayam.  Demikian pula telur ayam.  Walaupun sudah ada peternakan di Merauke, pedagang mendatangkan pula dari Surabaya.  Telur dijual Rp 2.000 per butir, tidak peduli besar atau kecil.  Oleh sebab itu pedagang yang mendatangkan telur dari Surabaya memilih telur yang berukuran kecil. Selain ditemani daging rusa, soto Makassar jadi pilihan. soto makassar yang kental dan gurih Kuahnya yang kental berminyak, tidak berpengaruh terhadap berkurangnya kadar selera di siang hari yang terik.  Kita bisa pilih daging atau jeroan, atau keduanya sekaligus.  Makannya tidak dengan nasi, namun dengan ketupat.  Di meja terhidang ketupat ukuran sedang dan sudah dibelah.  Jadi dengan mudah kita tinggal membelah menggunakan sendok saja. Tidak lengkap rasanya kalau tidak melirik hewan air.  Tentu saja kepiting Papua yang terkenal.  Di salah satu rumah makan kita bisa memilih kepiting yang masih hidup.  Mereka ditempatkan di dalam kotak kawat.  Jumlahnya puluhan, capitnya besar-besar.  Tempurungnya berwarna hijau tua sedikit oranye.  Setelah dipilih beberapa ekor, eh, kepiting tidak berekor ya? Segera terhidang aneka masakan kepiting.  Bagian daging kepiting yang favorit biasanya pada capitnya, kemudian di bagian dadanya.  Tapi buat saya yang paling enak ialah yang ada pada bagian tempurung bagian dalam, terselip dalam sudut-sudut tempurung.  Hmm... enak banget. Di Tanah Merah kita bisa jumpai udang sungai Digoel yang besar-besar.  Empat ekor seharga Rp 50.000,-  Udang yang masih hidup itu segera kita masak di dapur hotel yang serasa dapur sendiri.  Soal rasa, sangat dahsyat.  Manis, tanpa amis.  Biar serasa di Papua, kami bikin juga papeda berikut ikan kuahnya.  Sayurannya paling banyak daun singkong, daun pepaya, kangkung dan pakis. Sayuran didatangkan dari daerah transmigran.  Namun daun pepaya, singkong berasal dari kebun penduduk lokal. Di Merauke ada lagi tempat oleh-oleh yang khas.  Dendeng rusa, abon rusa, bakso rusa...   Namun yang lebih mantap ialah ikan asinnya.  Ada dua pilihan, asin kakap dan ikan peda.  Tapi peda disini berbeda dengan peda di Jawa pada umumnya.  Di Jawa peda dibuat dari ikan kembung. Peda di Merauke, khususnya di tempat oleh-oleh terbuat dari bandeng dan sejenis bandeng tapi ikan laut.  Awalnya saya agak meragukan karena bentuknya mirip ikan biasa saja.  Tidak ada warna garam atau berkerak seperti peda merah.  Tapi berhubung mau mencoba, saya membeli satu ekor, dan memang hanya tinggal satu-satunya.  Di dinding toko tampak foto penjual peda dengan SBY yang sedang memegang ikan seperti yang saya pegang.  Rupanya sang pengrajin sudah bereputasi nasional.  Mengapa peda ini juara?  Ternyata memang amat sangat memuaskan.  Bagi penggemar ikan asin, ketika dicium mentahnya saja sudah memberikan aroma yang harum, mirip jambal roti kualitas satu.  Ketika digoreng, aromanya lain lagi.  Harum, berbeda dengan ikan asin biasa.  Kalau harum bisa diberi warna, harum peda ini berwarna jernih....  Kulitnya yang mirip bandeng sangat renyah, dagingnya yang putih sangat masir.  Kalau ditekan hancur bagai roti.  Apalagi diberi jeruk limo. Cara makannya ternyata ada lagi.  Menurut sang penjual, cobalah bikin “sambal”nya.  Sambal tanpa cabai.  Terbuat dari bawang merah, merica, garam dan perasan jeruk nipis.  Dan ketika dipadukan dengan sang peda... hhmm menu kaisar deh... Lain lagi dengan dendeng rusa.  Ada beberapa tingkatan kualitas dendeng.  Yang paling istimewa ialah yang dagingya digiling dulu.  Jadi lebih lembut ketika dikunyah.  Cara menggorengnya pun ada teorinya.  Menurut sang penjual, masukan dendeng ketika minyak masih dingin, lalu ketika panas angkat saja.  Namun cara saya mungkin lebih berguna, yaitu rendam dulu di air sampai berwarna keputihan, kemudian goreng sebentar.  Jadilah dendeng yang empuk. Sebenarnya masih ada juga menu lainnya. Tapi kita akhiri dulu, makan setelah lapar, berhenti sebelum kenyang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun