http://superkunil.blogspot.com/
Namanya Mat. Dulu ia pemancing ulung. Semua sungai, danau, dan rawa pernah ia pancingi ikannya. Teluk, selat, dan lautan pun pernah jadi tempatnya memancing ikan. Ia pernah mencicipi semua jenis ikan: dari ikan paling kecil hingga paling besar, dan ikan paling ramah hingga ikan paling ganas. Ia tak pernah gagal memancing. Ia tahu tempat yang mana yang ada ikannya. Sekali ia melempar kail, pantang ikan tak terpancing. Orang-orang tahu bahwa Mat suka memancing, tapi mereka tidak peduli pada Mat. Mereka tidak pernah ingin memancing seperti Mat. Tapi, suatu saat Mat berhenti memancing. Konon, katanya, Kolam ikan di belakang rumahnya sudah penuh dengan ikan-ikan.
Anehnya, ketika Mat berhenti memancing, semua orang tiba-tiba saja senang memancing. Semua orang di sana pergi ke rawa, sungai, atau danau. Tempat-tempat itu penuh dengan orang yang memancing ikan. Semua orang bangga dengan kailnya. Bangga dengan ikan-ikan hasil tangkapannya.
Berbeda dengan orang-orang itu, setiap hari Mat tampak melepaskan kembali ikan-ikan yang dipiara di kolam rumah ke rawa-rawa atau sungai. Ia menyimpan kailnya dan tak berniat menggunakannya kembali. Pada Akhirnya, ikan di kolamnya pun habis dikembalikan ke rawa dan sungai. Mat tersenyum puas. Dan, orang-orang menganggapnya gila. Aneh. Semua ikan yang didapatkannya hanya dimakan sedikit sisanya dilepaskan kembali. Dan, orang-orang sangat senang menangkap ikan-ikan Mat yang dilepaskannya kembali itu.
Pada suatu saat, datang sebuah musim di mana ikan-ikan tiba-tiba seperti lenyap. Tak satu pun orang yang memancing mendapatkan ikan. Umpan-umpan yang bagus pun tak mampu menggoda ikan. Mata pancing tak pernah disentuh ikan, tak heran jika umpan-umpan yang dipasang pada mata pencing tetap utuh. Lalu, orang-oraang berpindah pada jala dan jaring. Tapi, tetap saja tak ada ikan yang terjaring. Entah apa sebab ikan-ikan di sana lenyap.
“Kemana ikan-ikan di sini?”
“Apakah ikan-ikan sudah habis di sini?”
Begitu kata-kata keresahan yang sering terdengar di sana sekarang. Sayangnya, orang-orang di sana tak ada yang mengerti kenapa ikan-ikan menghilang. Pernah suatu ketika, Ketua Kampung membeli bibit ikan dari tempat lain, lalu disebar di rawa yang menjadi tempat paling disukai orang di sana untuk memancing. Tapi, beberapa bulan kemudian, ketika mereka mencoba memancingi rawa itu, tak ada satu ekor ikan pun yang terpancing. Bahkan, ketika kemarau datang, mereka mengeringkan rawa tersebut, tapi tetap saja tak ditemukan satu ekor ikan pun.
Pada akhirnya, lama-kelamaan, orang-orang di sana tidak lagi memikirkan memancing, tidak lagi memikirkan ikan-ikan lagi. Anehnya, mereka tetap bisa hidup normal, masih tetap bisa makan, dengan sayur, sambal, dan daging ayam atau kambing sesekali.
Satu malam Mat keluar rumahnya. Ia membawa kail. Ia berjalan ke arah rawa tempat yang dulu orang sering memancing di sana.