Akhirnya, Mat meninggalkan tetangganya. Ia pergi bergegas berjalan pulang ke rumahnya.
Ketika hampir setiap malam Mat keluar rumah, semua orang membicarakannya. Banyak yang menganggapnya gila. Bahkan, ada yang bermaksud mengusirnya. Mat tidak peduli pada orang-orang itu. Setiap pagi pulang memancing, Mat akan berkata pada orang-orang bahwa rembulan yang didapatnya lebih dari sepuluh sekarang. Bahkan, pernah satu malam, kata Mat, ia mendapat hampir seratus rembulan.
“Betul kamu memancing ikan, Mat?” Ketua kampung bertanya kepada Mat di depan rumah Mat sebelum Mat pergi memancing. Orang-orang berkumpul mengelilingi Mat. Dihitung-hitung ini hari ke seratus Mat keluar memancing rembulan.
“Iya,” jawab Mat. Ia berdiri di depan rumahnya. Mat memang hidup seorang diri.
“Kalau betul kamu memancing rembulan, anehnya rembulan di atas sana masih ada, Mat. Bukankah, katanya, kamu setiap malam dapat rembulan?”
“Aku tidak memancing rembulan yang di atas sana, tapi rembulan di dalam rawa,” kata Mat.
“Berarti, kamu hanya memancing bayangan rembulan saja, Mat.”
“Bukan, bukan bayangan rembulan, tapi memang rembulannya.”
“Kami tidak percaya, Mat!” teriak seseorang.
“Mana buktinya, Mat!?”
“Kalian ingin bukti?” tanya Mat. Ia menatap orang-orang yang mengelilinginya.