ketika aku mati,
biarkan aku berjalan sendiri pergi ke kuburku,
aku tak ingin berbaring
aku ingin duduk agar aku tetap bisa menulis puisi untukmu
meskipun pada dinding kuburku atau pada kain kafanku
ketika aku mati,
biarkan aku menaburkan bunga-bungan yang aku pilih sendiri
seperti angrek, mawar, melati, dan bunga lili
tapi aku ingin warnanya cuma satu: hitam!
ah, mengapa tidak mungkin sebab hitam warna hakiki
sehakiki cintaku padamu mesti tidak pernah menjadi
ketika aku mati,
biarkan aku menutup kuburku sendiri
sebab aku tak mau ada orang yang tahu
aku menyelipkan foto remajamu
yang telah kusimpan sekian puluh tahun lalu
setiap sepi aku mengecupknya satu kali, hanya satu kali.
ketika aku mati,
semstinya aku tak menulis puisi
apalagi menyebut-nyebut namamu sebab semuanya tak berarti sama sekali.
sekarang, aku mati.
maaf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H