Mohon tunggu...
Kang Insan
Kang Insan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

God created men in order to tell stories

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laki-Laki Gila dan Parfume-nya

9 September 2014   18:00 Diperbarui: 16 Februari 2017   14:05 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mungkin, dia gila. Mungkin juga, tidak. Tapi, penampilannya, bagi siapa pun yang melihatnya, sangat mengesankan dia gila. Rambutnya panjang, tidak tersisir, awut-awutan parah sekali. Pakaiannya hanya kaos yang compang-camping dan celana panjang rombeng belel di sana-sini. Tidak pakai alas kaki.  Kadang, ia bicara sendiri, tertawa, lalu tiba-tiba menangis. Sebab itu, orang-orang diam-diam sepakat bahwa laki-laki itu gila. Anehnya, konon kata mereka yang pernah dekat dengannya, atau berpapasan dengannnya, tubuhnya harum, sepertinya ia selalu menyemprotkan parfume ke tubuhnya.

“Betul, laki-laki gila itu tidak bau?” tanya lelaki tua.

“Iya, wangi parfume,” jawab lelaki muda.

“Minyak nyongnyong-kah?” kata lelaki paruh baya menyela pembicaraan

“Bukan, parfume beneran kok,” sergah lelaki muda.

“Jenis apa parfumenya?” Lelaki tua penasaran.

“Beda-beda. Kadang-kadang seperti parfume melati, pernah juga parfume seribu bunga, belum lama parfume hajar aswad seperti yang dipakai Pak Haji. Ya, parfumenya banyak entah berapa jenis,” terang lelaki muda.

Bulan keempat di tahun itu, saat musim kemarau di puncaknya, laki-laki itu muncul. Awalnya tak ada yang memperhatikannya. Orang-orang yang akan berpapasan dengannya jauh-jauh sudah menyingkir sebab disangkanya laki-laki itu gila. Namun, ketika banyak orang yang tak sengaja berpapasan dengannya mengatakan bahwa tubuh laki-laki itu berwangi parfume, banyak orang yang mulai mengamati, bahkan memperbincangkan laki-laki itu. Kadang perbincangan itu sekadar kira-kira, bahkan ada juga yang mengait-ngaitkannya dengan kejadian di kota lain. Yang lebih gila ada yang berpendapat bahwa laki-laki itu adalah alien dari planet lain yang sedang meneliti tentang parfume yang disukai manusia bumi.

Lama-lama soal parfume yang dipakai laki-laki itu menjadi bahan taruhan. Tidak jelas bagaimana awalnya, yang pasti mulanya yang mempertaruhkannya adalah anak-anak muda pengangguran. Mereka mempertaruhkan sebatang rokok. Lalu, bapak-bapak yang bertaruh uang  mulai 50 ribu-100 ribu. Kemudian, ibu-ibu ikut-ikutan bertaruh. Anak-anak? Entahlah, mungkin juga ikut-ikutan.

Cara mereka bertaruh adalah dengan mengumpulkan uang yang jumlahnya disepakati. Lalu, yang ikut bertaruh menyebutkan jenis parfume yang akan dipakai laki-laki itu pada esok hari. Yang tebakannya tepat mengambil semua uang yang terkumpul. Bagaimana tahu jenis parfume yang dipakai laki-laki itu? Tinggal tanyakan saja pada laki-laki itu. Sebab biasanya, laki-laki itu akan menjawabnya sambil berteriak.

“Hei, Gila! Parfume apa yang kamu pakai hari ini?” begitu biasanya yang ditanyakan oleh mereka yang bertaruh.

Laki-laki gila itu akan menjawab, misalnya, “Melati!”

Maka, mereka yang menebak parfume melati adalah pemenang taruhan itu.

Edaaan!

Pertaruhan soal parfume itu makin lama makin ramai. Yang bertaruh bukan lagi rakyat jelata, tetapi sudah sampai pada anggota parlemen, para eksekutif, bahkan orang-orang yang berurusan dengan masalah judikatif. Yang dipertaruhkan pun bukan lagi uang recehan, tetapi sudah jutaan, bahkan diam-diam ada yang em-eman.

Seorang cukong melihat kesempatan.Ia membuat acara “Pertaruhan Besar Abad Ini”.  Ia mengajak seluruh warga kota bertaruh. Ia menyewa stadion terbesar di kota itu. Ia mengumpulkan seluruh orang yang bertaruh untuk datang ke stadion itu, tentu saja untuk masuknya mereka harus membayar tiket. Ada acara hiburannya juga dengan megundang artis-artis papan atas. Rencananya, puncaknya adalah laki-laki gila itu akan muncul di panggung utama stadion itu, lalu sang cukong akan bertanya tentang parfume yang dipakainya, dan laki-laki gila itu akan menyebutkan jenis parfume yang dipakainya.

Hari pertaruhan besar itu pun tiba. Stadion penuh sesak. Acara sudah dimulai satu jam lalu. Acara hiburan sudah. Pembawa acara  sedang menyampaikan sesuatu tentang acara itu. Ia menyampaikan bahwa rangkaian acara sudah selesai tinggal menunggu acara puncaknya.

Orang-orang bercakap-cakap. Mereka berharap-harap  cemas. Mereka memperbincangan hal-hal ringan yang bisa menutupi dag-dig-dug suara jantungnya. Mereka membicarakan lelaki gila itu sambil berdoa dengan khusyuk agar taruhannya menang.

Tiba-tiba, laki-laki gila yang sedang mereka perbincangkan itu muncul dari satu pintu stadion yang sudah disiapkan. Isi stadion terdiam. Mereka mencium wangi sebuah parfume yang langsung menyebar ke seluruh sudut stadion. Entah parfume janis apa. Mereka menebak-nebak di kepala masing-masing, mengingat-ngingat jenis parfume seperti itu. Sayang, tak satu pun yang mereka ingat.

Laki-laki gila itu santai berjalan ke arah panggung utama. Dua petugas  mengarahkan jalan  laki-laki gila itu. Ia berjalan sambil melihat seluruh isi stadion utama itu. Laki-laki itu tidak tersenyum kepada mereka, tidak pula melihat atau menyapa mereka.Mulutnya seperti komat-komat. Lantas, wangi parfume kian menyegat.

“75.345, 75.346, 75.347, 75.348, 75.349, 75.350…”  Angka-angka itu meluncur dari mulut lelaki itu. Laki-laki itu menghitung semua orang yang hadir di stadion.

Di atas panggung utama, sang cukong sudah menunggu. Ketika laki-laki gila itu sudah sampai di panggung utama, dan sudah berdiri di podium yang sudah disediakan.

Isi stadion langsung terdiam. Hening sekali seperti di ruang hampa suara.

Lalu, terdengar suara sang cukong,  “Hei, orang gila! Parfume apa yang kamu pakai hari ini?”

Stadion kian hening. Dag-dig-dug jantung kian kencang. Bahkan, ada yang berdoa.

Laki-laki gila itu tersenyum. Tak langsung menjawab. Matanya menatap sekeliling stadion. Wangi parfume kian menyengat, meningkat kuatnya 2x dibanding saat orang gila itu masuk.

“Hei, Gila! Parfume apa yang kamu pakai?!” teriak cukong, suaranya nyaring melengking.

“Kentuuuuut kalian!” jawab laki-laki gila itu dengan berteriak.

“Haaaaaah!!!!!” Seisi stadion terkejut.

“ Aku telah mengumpulkan kentut kalian selama aku tinggal di kota ini, untuk aku jadikan parfume. Dan, aku tahu sekarang bahwa apa pun yang bau dari kalian,  selalu kalian anggap harum dan wangi! Kalian munafik! Kalian gila!”

Sengatan wangi parfume meningkat 5x, 6x, 7x, 8x…. Orang-orang merasa pusing. Satu per satu orang di stadion itu pingsan, tak tahan lagi dengan sengatan wangi parfume yang terus meninkat. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, seisi stadion pingsan semua.

Tinggal lelaki gila itu yang sadar, berdiri di atas podium sendirian.

-------------------------------Ragunan, 9 September 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun