Solusi Menulis dari Kesibukan
(SOS: Sapa Ora Sibuk, Menulis dalam Kesibukan)
===== AHMAD FAHRUDIN =====
“Jika Anda ingin menkalukkan rasa takut, jangan duduk di rumah dan berpikir tentang hal itu. Pergi keluar dan mendapatkan kesibukan.” –Dale Carnegie
Saya membayangkan, betapa banyak sekali aktivitas yang dilakukan manusia, baik pekerjaan atau kegiatan-kegiatan lainnya. Tak pelak mereka terkungkung dalam kondisi kesibukan. Mustahil dari kita yang tidak mempunyai kesibukan, dalam arti pasti setiap orang mempunyai kesibukan, bahkan orang yang tidur juga mempunyai kesibukan, apa kesibukannya? Ya tidur itu tadi kesibukannya.
Sehingga, aktivitas kita yang lain pun terhambat oleh kesibukan-kesibukan pekerjaan kita. Termasuk aktivitas menulis. memang bagi kebanyakan orang aktivitas menulis ini bukan merupakan suatu pekerjaan. Tetapi bagi M. Khoiri, aktivitas menulis ini bisa dimaknai dengan pekerjaan, tepatnya pekerjaan untuk keabadian, tersebab aktivitas menulis ini pada hakikatnya adalah mengabadikan suatu ilmu di dalam tulisan, dan ini terang sebagai warisan untuk generasi selanjutnya.
M. Khoiri dalam kegiatan menulisnya, selalu memposisikan kegiatan menulis tersebut sama seperti pekerjaan lain pada umumnya, dalam penuturannya, ketika menulis ia memakai baju laykanya orang yang berada di kantor, kemeja yang disetrika rapi, celana yang pada umunya. Dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, dalam kondisi semacam ini akhirnya M. Khoiri membagi pengalamannya yang terangkum dalam bukunya yang berjudul SOS (Sapa Ora Sibuk), Menulis Dalam Kesibukan.Buku ini ditulis atas beberapa pertanyaan, diantaranya; bagaimana M. Khoiri masih bisa tetap menulis dengan seabrek aktivitas yang menyibukannya. Dalam pengantarnya M. Khoiri menulis, “Saya berusaha menjawab keraguan sebagian besar lewat buku ini, yang memang saya tulis bukan berdasarkan kajian teoretik, melainkan lebih berdasarkan pengalaman saya dalam menekuni profesi tambahan (avokasi) sebagai penulis. (h. vi)
Hiruk pikuk kesibukan ini menjadi salah satu alasan orang dalam melakukan aktivitas menulis. alasan yang mungkin dibuat-buat oleh mereka yang ingin menulis, bahkan hal ini tidak hanya terjadi orang baru mulai kegiatan menulis (amatir),namun juga terjadi terhadap orang yang sudah mahir menulis, “Ya, salah satu alasan—tepatnya mungkin ‘kilah’ atau ‘dalih’ (alasan yang dibuat-buat—untuk tidak menulis adalah factor kesibukan. Ya, kesibukan telah mengikat, membelenggu, dan memenjara orang yang bahkan sudah mahir menulis pun sebegitu rupa sehingga dia tidak lagi sempat menulis.” tuturnya (h.vi). Pada titik ini pasti ada celah waktu dan kesempatan yang bisa kita manfaatkan untuk kegiatan menulis, sebenarnya bukanlah suatu alasan bahwa kesibukan itu merupakan alasan untuk menulis. Pasti ada waktu yang luang—yang mampu dimanfaatkan untuk menulis, walaupun durasi waktu sangat sedikit
Saya mengenal M. Khoiri melalui Facebookbeberapa tahun silam, akan tetapi saya dipertemukan dengannya langsung seingat saya tahun 2015 di Malang, waktu ada suatu kegiatan. M. Khoiri piawai sekali dalam deklarasi puisi, saya ingat betul bagaimana ia membacakan puisi W.S Rendra, dikutiplah puisinya, “… keberanian menjadi Cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.” Layaknya inilah puisi yang menjadikan M. Khoiri mempunyai tekad kuat untuk menulis dalam kesibukan, karena ia yakin “kata-kata akan memiliki makan ketika ia telah diperjuangkan”.
Naguib Mahfouz, penulis asal Mesir, adalah salah satu tokoh yang diidolakan oleh M. Khoiri. Bukan tanpa alasan ia mengidolakannya. Ia meniru Naguib Mahfouz dalam proses kreatifnya dalam konteks waktu, ia menuliskan “Para penulis dunia lazim memiliki waktu utama yang khusus dan special untuk menunaikan kegiatan menulis. Naguib Mahfouz, pengarang MEsir yang meraih Hadiah Nobel Sastra 1998, menulis menjelang shubuh.” Inilah yang ditiru oleh M. Khoiri, ia menulis menjelang shubuh. Selain inspirasi dari Naguib Mahfouz, ia juga mendapat inspirasi kepenulisannya dari Prof. Imam Suprayogo yang istiqomahsetiap hari dalam menulis menjelang shubuh.