2014 masih setahun lagi, tapi “promosi” untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini sudah mulai marak, lengkap dengan atribut partai dan organisasi nya. Kebanyakan dari mereka memang sudah mulai menjajakan visi dan misi nya, seperti hal nya janji dalam kampanye berbagai program mereka tawar kan yang ujung nya bermuara pada satu hal “2014 nanti elu harus milih gue”. Al kisah ada seorang pengrajin berjalan di gunung yang sangat gersang dan melihat seonggok batu dengan warna coklat kusam yang telah diselimuti oleh lumut dan penampakan luar nya seperti nya lapuk. Kemudian dengan sekuat tenaga sang pengrajin tersebut mengayunkan godamnya mengenai batu hingga bongkahan batu sebesar kepala, dan mulai terlihat warna asli dari batu tersebut adalah putih. Dibawanya batu itu ke rumahnya, dipotongnya dengan menggunakan gerinda (alat pemotong batu), hingga percikan api hasil gesekan dengan batu itu sesekali terlihat. Dihaluskannya permukaannya yang kasar dari batu tersebut dan di poles. Siang dan malam, ia berusaha membuat batu itu menjadi batu penghias cincin, dari warna batu yang putih dan kasar, berangsur-angsur menjadi putih, mengkilap dan licin. Pengrajin tersebut tahu betul kesempurnaan bentuk sebuah batu penghias cincin, akhir nya tercipta lah batu mulia penghias cincin. Belajar dari kisah tadi, seperti itulah nasib negeri kita negeri jamrud khatulistiwa dengan potensi alam yang luar biasa dan kekayaan hayati nomor dua di dunia, harus teronggok tak di lirik gara-gara debu kusam coklat yang mengeras dikarenakan korupsi, kolusi dan nepotisme yang akut. Seperti tukang batu itulah pemimpin yang kita idamkan, dia dapat melihat kemilau keindahan di balik kusam nya batu. Para pemimpin yang menginginkan RI 1 di 2014 bukanlah seorang yang berpikiran ketika dia menjadi pemimpin maka yang terbayang dihadapannya adalah fasilitas yang “wah” sebagai orang nomor wahid di negeri ini. Tapi seorang yang bermental seperti tukang batu itu, yang mengenali indonesia bukan hanya dari masalah yang dihadapinya tapi juga mengetahui juga kekuatan yang ada didlamnya, yang bekerja keras siang dan malam mengasah potensi yang ada di negeri ini, pertanyaan sekarang adakah orang seperti itu?, memang sulit menemukan figur tukang batu diantara para pengusaha karbitan, politikus instan dan pejabat hipokrit, tapi itu bukan hal yang mustahil. Teliti track record para calon pemimpin tersebut, kalau dia pengusaha, apakah dalam menjalankan usahanya lurus dan bersih, tidak menghalalkan berbagai cara daam menjalankan usaha nya, tanyalah orang-orang yang pernah bekerja padanya apakah puas dia bekerja padanya. Kalau dia seorang pejabat, apakah ketika dia menjabat termasuk orang yang clean tidak pernah abuse of power, dan menginspirasi bawahannya bahwa mereka harus lebih maju dari dia, Tut Wuri Handayani. Dan, jika dia seorang politikus, apakah selama dia menjadi orang parpol senantiasa menjalankan fatsoen politik yang santun, menghormati atasan dan menghargai bawahan. Tapi tidak cukup juga hanya dengan kriteria-kriteria di atas, kita membutuhkan pemimpin yang kreatif dan inovatif, yang mampu menemu kenali potensi yang ada di negeri ini, walaupun masih satu tahun lagi kita memilih tidak ada salahnya dari sekarang kita jajaki jejak para calon pemimpin karena nasib negeri ini tidak hanya ditentukan oleh pemimpin nya, tapi oleh kita yang memilihnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H