Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Mari Bermain Salju di Gunung Tangkuban Parahu

22 Oktober 2024   06:20 Diperbarui: 22 Oktober 2024   07:07 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, tiga ribu tahun setelah revolusi industri, sungai jernih berubah karena polutan mulai mendominasi. Seorang ibu mencuci kain sambil mengempiskan paru-paru sebelah kiri. Udara tak lagi bersih, pemikiran tak lagi suci.

Anak-anak main seluncuran dengan bilah bambu sebagai media, tak perlu kewahana buatan manusia, salju telah tumbuh di antara pohon pisang dan orang-orangan sawah. Riuh sampai senja.

Puncak Jaya telah kehabisan masa, salju berpindah ke tanah Sunda. Mungkin burung Cendrawasih, atau sejenis amoeba menggotong potongan terakhir, sebelum akhirnya, tempat wisata dengan cita rasa Eropa.

Untuk apa? Toh gunung di Papua akan di garong semuanya. Di ambil tembaga dan emas selamanya. Tangkuban Parahu bersalju adalah anugerah, atau menunggu giliran selanjutnya.

Mari bermain salju, sebentar lagi akan di jual dalam potongan karung goni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun