Aku menemukanmu di belantara media sosial, tergeletak begitu saja di antara kepingan opini dan komentar.
Wajahmu tirus, mata cekung setelah memandang layar telepon genggam seharian, jempol tangan berdarah, tertusuk aneka duri meski tidak nyata.
Engkau hendak menjangkau awan, meninggalkan dunia nyata demi sebuah pengakuan maya. Ada dan tiada, terlalu sulit kini untuk mencerna.
Menangislah ketika gemerlap fatamorgana redup kehabisan kuota.
Tertawa berpura bahagia, menyaksikan tepuktangan entah dari mana asalnya.
Dua tahun lalu, Nis hanya gadis remaja biasa. Sopan dan ramah, logika berpikir masih jernih seumpama bunga dahlia, kebanggaan keluarga.
Sekejap kemudian berubah
Hantu media sosial merasuki jiwa, aneka sanjungan menjadikan ia serupa  tubuh tak bernyawa.
Nis, sadarlah. Dunia nyata di bawah kaki tempat berpijak, dunia maya hanya lengkungan awan tiada ujungnya.
#####