Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ketika Sepi Mengusung Angin

23 September 2023   06:15 Diperbarui: 23 September 2023   06:28 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

Landai-landai, ketika tiang pijakan ku tinggalkan dikerubuti angin, desing-siur suara tangis dari pucuk rerimbun. Pucuk bambu yang manyun, dahan Cemara kemudian tertegun. Getun.

Tapi aku hanya seonggok daging, mesti berperang melawan dingin, harus tegar oleh rayuan angin. Tidakkah engkau berbelas kasih kepada tubuh bertulang gering, haruskah aku ucapkan kata tangis agar langit meruntuhkan serbuk pecahan meteroid meluruk bumi.

Landai-landai, ini bukan permintaan penuh duka penuh ratapan, ini hanya kalimat pembilas sunyi yang masih aku punya.

#####

Bagan batu, 23 September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun