Landai-landai, ketika tiang pijakan ku tinggalkan dikerubuti angin, desing-siur suara tangis dari pucuk rerimbun. Pucuk bambu yang manyun, dahan Cemara kemudian tertegun. Getun.
Tapi aku hanya seonggok daging, mesti berperang melawan dingin, harus tegar oleh rayuan angin. Tidakkah engkau berbelas kasih kepada tubuh bertulang gering, haruskah aku ucapkan kata tangis agar langit meruntuhkan serbuk pecahan meteroid meluruk bumi.
Landai-landai, ini bukan permintaan penuh duka penuh ratapan, ini hanya kalimat pembilas sunyi yang masih aku punya.
#####
Bagan batu, 23 September 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!