Lama bertapa, aku semakin hampa memaknai cinta. Rasaku seolah jengah, jiwaku meronta setiap kali ada manusia mengumandangkan kalimat cinta. Apakah aku telah mati rasa? Sehingga tidak ada lagi wadah di hati, tempat cinta membuahi diri dan berfungsi.
Wahai para pemimpin, para panutan, para pemberi contoh dan keteladanan, ajarkan kepadaku cara jitu mencintai republik ini. Agar aku tidak salah jalan, tidak salah menempatkan, tidak gagap menafsirkan.
Tahap mana yang harus aku lalui, bagian mana tak boleh teringgal, agar republik ini cemerlang, bersinar gemilang memenuhi segala harapan. Sejahtera seluruh rakyat, damai sentosa dalam keberagaman, jaya terpandang di antara negara manapun di dunia.
Ajarkan kepadaku
Bimbing sepenuh hati, sepenuh yang engkau mampu.
Jika korupsi masih merajalela, jika hukum masih tumpul keatas dan tajam kebawah, jika kemakmuran hanya sebatas angka di atas kertas, berapakah persentase penghuni republik ini yang tulus mencintai negeri sendiri? Atau sebenarnya kita adalah tuna dalam menghimpun cinta, lalai merawat dan menyirami agar cinta bisa tumbuh dan bermekaran di dalam dada.
Ajarkan kepadaku cara mencintai republik ini, karena jiwaku belum lagi cemar oleh residu kepentingan.
#####
Baganbatu, januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H