Membaca kisahmu, rasa haru seketika menyentuh. Menjadi piatu sejak belia, menggelandang dari satu kolong jembatan ke emperan terminal.
Inilah hidup, tanpa belas kasihan, tanpa pandang sayatan hati atau kisruhnya perasaan.
Siapa kuat dialah pemenang
Siapa pintar, segera menjadi srigala pemakan segala kepentingan
Engkau hanya menangis ketika rintik hujan mendatangi menanyakan "apa kabar", engkau tambah menangis ketika sang tuan kekayaan melempar sebungkus roti bekas gigitan.
Begitu rendahnya pandangan kaum hartawan, seperti menilai sampah bereserakan tak bernilai kemanusiaan
Jangan cari keadilan di pesta metropolitan
Jangan berharap sambutan tangan ketika empunya gedung megah tengah mengundang pembesar untuk santap malam
Pandanglah rembulan
Nikmati sinar penuh kelembutan