Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Remang, Riuh, dan Korban pun Berjatuhan

3 Oktober 2022   08:38 Diperbarui: 3 Oktober 2022   08:50 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari keremangan suasana

Kelam segera tercipta

Bukan asap

Seperti asap

Bahkan sekedar asap

Mencuat tangan lemah melambaikan pinta

Mengtakan "jangan" tapi percuma

Wajah muda

polos menghiba

Berdesakan merasa tersiksa

Nun jauh di kampung sederhana, seorang ibu menunggu sia sia

Anak tersayang tak pulang kerumah

Suami tercinta pergi selamanya

Mati tanpa tahu ini jenis kematian apa

Seperti kebanyakn sendratari jalanan, atau dagelan srimulat yang mulai kebablasan, penonton riuh di anggap kegembiraan

Sutradara mulai melempar salah

Penjaga makam mulai di anggap mubah

Bukan aku

Tapi dia

Bukan saya

Tapi mereka

Nyawa manusia mulai di anggap deret angka

Seratus, dua ratus. Sejuta, atau berapa saja

Kita mulai bimbang menentukan ini sejenis petaka apa

#####

Baganbatu, oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun