aku terbuka saja, lewat papan reklame ku umumkan sebuah pemberitahuan besar. Tentang hubungan ini, tentang rintangan menanam rindu dari seberang keyakinan.
Sebuah loncatan besar belum mampu merobohkan tembok penghalang, sekian teriakan tak pernah bisa menyeberangkan hati mencapai tujuan. Bahkan cara ini telah di lakukan oleh pendahulu kita atas nama cinta, dan mereka terkorban dalam api raksasa bersama serpihan setia yang mereka punya. Sebuah epik romansa tertulis besar dengan darah segar membayangi hak cipta sebagai pemangku kepentingan.
Atas nama cinta
Atas nama kebersamaan
Atas nama sebuah nilai yang telah tercipta entah sejak kapan
Kita telah memiliki perbedaan sejak kita jumpa, beda kultur budaya, beda keyakinan agama, beda sudut pandang tentang banyak hal yang mungkin seharusnya kita berdua telah mampu menyelesaikan. Tapi media memberitakan, komentar miring menyudutkan, aturan berbangsa jelas memisahkan.
Genggam tanganku sebelum perpisahan, ku pandangi wajahmu sebelum batas keyakinan memenjarakan. Hujan air matamu adalah kegagalan aku sebagai manusia menapakan jejak dalam peradaban.
Mungkin kita tidak akan pernah jumpa, bahkan dalam mimpipun aturan ini telah membelenggu sedemikian rupa.
Selamat tinggal orang yang pernah ku kenal lewat mesin penterjemah.
#####
Baganbatu, 20 agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H