Senjaku, ketika pucuk tangis lemah membilas, sunyi kemudian hening menemani duduk bersanding. Tiada kata terucap, mata memerah tertampar tekanan batin.
Meraungku berbisik.
Ratapan hanya sejengkal menyentuh kemudian berakhir.
Yang ku sesalkan bukan airmata, yang ku takutkan bukan kehilangan kemudian kesendirian. Logikaku mengajarkan, kesadaranku menunjukan.
Namun sulit mencampakan kenangan, terasa berat bila perasaan mesti menikam kesayangan.
Lemah ketika harus berhadapan nostalgia.
Terasa enggan ketika jendela hati harus berurusan dengan indah bayangan.
Masa lalu ternyata lebih kejam, tegak lurus menyatakan kenyataan.
Senjaku bisa berdusta, namun aku dan nostalgia adalah nyata.
#####
Baganbatu, april 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H