Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ku

12 April 2022   17:57 Diperbarui: 12 April 2022   18:01 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesampai didepan pintu, teringatku akan satu hal, buah tangan terindah ternyata bukan jaminan keindahan, meski ilusi seringkali menipu dengan dandanan angan, bahwa hubungan ini hanya persinggahan. tak lebih dari sekedar curahan hati dilamun sepi.

Semakin ingin kuketuk, semakin dalam seribu sesal menyembul dari bingkai kayu. Tentang irasional perasaan, ambigu pernah beberapa kali datang membunuh, rasanya seperti mati yang mendahului waktu, atau pembantaian tanpa darah tapi mewarlskan luka.

Hingga waktu maghrib tiba, aku masih membatu didepan kata maaf.  hendak menyentuh pintu perasaan, ingin sekedar menitikan airmata tanda penyesalan, namun keberanianku telah lama hilang.

ku, bukan aku yang dulu lelaki sejati. berani menyeberangi lautan api demi janji, sanggup memindahkan bulan demi sebuah impian.

Ku, kini hanya lelaki penyembunyi malu. Mengingkari kesejatian dengan sedikit egois yang keterlaluan.

Ku, tak sanggup aku membuka pintu.

#####

Baganbatu, April 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun