Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Bulan yang Tertinggal

30 Maret 2022   20:09 Diperbarui: 30 Maret 2022   20:56 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdiri menghadap utara, angin laut mengagkut panas dan gerah, butir-butir garam memandikan bintang, sayup-sayup bunyi kentongan langit membangunkan angan.

Aku terpejam, merasakan aliran darah melaju pelan, hati dan perasaan terisi serpihan bulan. Bulan yang tertinggal, hanya menyisahkan surat cinta dari daratan.

Menyaksikan kemudian terdiam, menangis pelan ketika malam menyentuh makam. Teringat kisahmu yang disadur pengarang picisan, menjertit dan meronta tetapi di tulis hanya balada cinta. Kekanak-kanakan.

Sejak kapan bulan kenal penghianatan, sementara malam tetap melenggang tanpa menoleh kebelakang. Malam dan bulan pisah ranjang, menjauhkan badan padahal perasaan rindu begitu mengancam.

Jangan harap malam ini bulan akan datang, seperti dirimu yang hanya tenggelam dalam diam.

*****

Baganbatu, Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun