Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Seribu Wajah Manusia

13 Maret 2022   06:43 Diperbarui: 13 Maret 2022   06:44 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seribu wajah manusia, hilir-mudik dalam rentang waktu tak terkira. Berjalan cepat menelan rasa rancu, kadang terseok-seok di jalan lapang, terengah-engah padahal jalan menurun penuh pepohonan.

Wajahnya kaku, sorot mata tajam memindai setiap peluang, bicaranya penuh teori bahkan igauan. Otak kiri dan kanan penuh hitung-hitungan nominal.

Semua bilik hati terkunci, serambi nurani di penuhi ambisi untuk memiliki. Mobil mewah, rumah megah, plesiran ke manca negara, semua yang berkilau oleh harta.

Seribu wajah manusia, kadang ragu dan bimbang tujuan semula. Seperti gersang di padang ilalang, mudah terbakar oleh gesekan iri dan dendam. Dalil-dalil agama telah lama terbuang, nasihat-nasihat para bijak hanya hiasan usang.

Kadang merasa tersesat, kadang merasa sendiri di kehidupan. Seribu wajah manusia yang meyimpan lupa dan salah.

*****

Baganbatu, Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun