Seribu wajah manusia, hilir-mudik dalam rentang waktu tak terkira. Berjalan cepat menelan rasa rancu, kadang terseok-seok di jalan lapang, terengah-engah padahal jalan menurun penuh pepohonan.
Wajahnya kaku, sorot mata tajam memindai setiap peluang, bicaranya penuh teori bahkan igauan. Otak kiri dan kanan penuh hitung-hitungan nominal.
Semua bilik hati terkunci, serambi nurani di penuhi ambisi untuk memiliki. Mobil mewah, rumah megah, plesiran ke manca negara, semua yang berkilau oleh harta.
Seribu wajah manusia, kadang ragu dan bimbang tujuan semula. Seperti gersang di padang ilalang, mudah terbakar oleh gesekan iri dan dendam. Dalil-dalil agama telah lama terbuang, nasihat-nasihat para bijak hanya hiasan usang.
Kadang merasa tersesat, kadang merasa sendiri di kehidupan. Seribu wajah manusia yang meyimpan lupa dan salah.
*****
Baganbatu, MaretÂ
2022Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H