Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Dinding Bisu

31 Januari 2022   07:01 Diperbarui: 31 Januari 2022   07:04 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa berteriak kepada dinding, memaki hingga melengking, menunjuk-nunjuk seolah ia adalah maling. Jika benci, usah kau pandang dinding yang kering, jika risau, tamparan tanganmu hanya mengotori otak intelektualmu.

Telah ribuan kali dinding tersakiti, di sangka berhianat pada tuan sendiri, menyampaikan kabar tabu kepada dunia luar, membocorkan aib kemunafikan sang penguasa bangunan.

Dinding hanya diam, menyaksikan dan mendengarkan, menelan mentah-mentah perilaku selingkuh memuakan. Menjadi saksi penghianatan adalah beban maha berat tak tertanggungkan.

Jika dinding punya hati dan rasa, jika dinding punya akal dan pemahaman, bukankah engkau seharusnya malu melakukan kecurangan di hadapan dinding bisu.

Dinding menyimpan segala pilu, merekam segala palsu, menyaksikan sekian resah dan ambigu. Suatu saat nanti, jika Tuhan mengizinkan,  dinding kan bersaksi.

****

Baganbatu, januari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun