Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: The Keok Nie

30 September 2021   20:40 Diperbarui: 30 September 2021   20:45 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari ini hujan menderas bak menciumi bumi, ada rasa enggan di setiap tetesan air menawar, seakan tiada rela meninggalkan tahta di atas awan sana. Seperti aku, kamu, dia, dan juga mereka, perlambang duka dan hampa tentang urusan rasa.

Bunga bermekaran, gadis-gadis ayu melantunkan dendang. Irama sekenanya, nada-nada rancau tapi mewkili hati pura-pura bahagia. Begitulah sejatiya. Berbahagia meskipun semu dan beruang hampa.

Dua sejoli dengan jas hujan bermotif ironi, melintasi jalan setapak setiap duabelas jam sekali. Sejak kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga tulang kaki terasa patah, karena usia.

Tapi seperti anggota KPK yang korban TWK, atau isu bangkitnya komunis yang muncul reguler menyerupai gelaran piala dunia, hujan, bunga, kubangan tanah basah. Mewakili ribuan tafsir dan makna.

Di sisi ini, aku hanya penonton tak bermata.

*****

Baganbatu, akhir september 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun