Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Takdir Kelam Semangkuk Nasi

28 September 2021   04:56 Diperbarui: 28 September 2021   05:00 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hendak menangis, Engkau tahu rasanya mengalirkan airmata? seperti menenggelamkan sebongkah hati kedalam panasnya lahar membara. Sementara, semua saluran tempat menuangkan rasa telah musnah, tertutup rapat adonan kepentingan tidak bermakna. Lebih gelap, teramat sengsara jika satu persatu kisah mesti tertata rapi di atas meja.

Kadang bergelut dengan kuah santan, berjibaku angkuhnya serbuan sambal, lebih sering bertabrakan dengan aneka menu kekinian, Eropa, Amerika, Korea, hanya sesekali bertemu pucuk daun singkong atau lalap kol petani anak negeri.

Penderitaan adalah penderitaan, siapa akan peduli. Ketika harus di suapkan ke mulut penjahat kelamin, menjadi menu pagi pejabat korupsi, menjadi sumber energi para pencoleng kekayaan bangsa ini. Jika rasa bersalah itu ada, jika rasa malu memang pernah menjadi penguasa tahtah, adakah butiran nasi adalah sumber utama segala dosa.

Kemana hendak mengadu, tembikar ulum telah remuk menjadi abu, wajan dan periuk melepuuh di peluk perapian. Tiada teman, tiada tempat sekedar melelehkan kepedihan.

###########

Baganbatu, sudikah pembaca mengingatkanku hal waktu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun