Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Riuh

2 Juli 2021   07:33 Diperbarui: 2 Juli 2021   07:55 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ruangan dipenuhi nyala bunyi, tepuk tangan membahana memercikan bara api. Semua bergumam, semua menyodorkan senyuman, "selamat tuan, anda hebat, anda luar biasa".

Kemudian senyap. Pujian-pujian berserak dilantai ruangan, tepuk tangan bergelantungan tak bernyawa, sirena tawa tumpang-tindih di atas meja. Senyum telah pulang, peluk hangat segera putar arah kemudi.

Keriuhan dipaksa dan memaksa, keriuhan menjadi tumbal dan pertanda. Kesuksesan, para penjilat bertubuh wangi berjas mahal, hilir-mudik mempersembahkan kepalsuan.

Meski hanya sebentar, berita koran memuat dengan hurup kapital. Radio dan televisi berlomba menyampaikan pesan bunyi, "riuh ini untuk negeri. Tanda kami masih ada untuk melayani". Masih berharap para jelatah tertipu lagi.

*****

Baganbatu, juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun