Menangislah. Bingkai foto mengaduk selera, asap pembuluh dara meluap dalam takaran tak terkira. Menangis kemudian tertawa, termenung setelahnya bersukaria. Bahasa jiwa sulit diterka.
Membuka jendela, tak berharap tumpukan sampah atau mawar dan melati dipelataran rumah. Wajah si dia, biarpun dikubangan air comberan, senyum sang pujaan tetap menawan.
Yang jengah digandeng tangan, yang marah cemburu pada bayangan kecurigaan. Senyum dibungkus tangis, airmata bisa berarti duka atau malah sangat bahagia.
Kebingungan merambah rimba asmara, menentukan cara bersikap melebihi harga selembar nyawa. Siapa pernah merasakanya?
*****
Baganbatu, juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H