Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Rinduku dan Rindumu kepada Ramadhan

24 April 2021   06:48 Diperbarui: 24 April 2021   06:52 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana rindumu kini? Masihkah berapi-api, atau perlahan mulai padam, mengecil, kemudian lambat-laun mulai memudar. Hilang dibawah semilir angin tak tenang.

Aku masih ingat, kita dulu berteriak paling lantang. "Aku rindu ramadhan, rindu, bahkan sangat rindu".

Ternyata rindu kita bercampur yang palsu, ternyata teriakan kegembiraan di balut ambigu. Setelah sepuluh hari meniti hari, hati kita hanya imitasi.

Mengapa kita masih menyimpan angkuh, padahal ramadhan bak kekasih pujaan lama tak bertemu.

Mengapa ramadhan hanya lukisan seremonial, menyibukan sahur dengan aneka hidangan, merepotkan buka dengan segala panganan. Nilai ramadhan luntur seiring senja yang temaram, tak berbekas tak bersisa meskipun sekedar perbaikan.

Inikah rindu kita? Setelah puluhan kali merindukan kemudian mencampakan ramadhan. Kita kejam pada diri sendiri, menyia-nyiakan kesempatan memperoleh ketaqwaan.

*****

Baganbatu, ramadhan 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun