Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Perang Kata

12 Februari 2021   06:05 Diperbarui: 12 Februari 2021   06:12 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa dentuman, sunyi tembakan. Sepiring protein dan karbohidrat, logistik pendukung persaingan. Sedikit cemburu, adukan iri hati, bakaran sisa dengki. Hanya butuh pemicu seujung kuku.

Sayat-menyayat ulu hati. Sembelih-menyembelih seribu dalih. Lidah berputar hingga presisi.  Hujam-menghujam meracuni perih. Dahsyat menyetubuhi penghianatan, pelukan hangat meremukan peradaban.

Perang kata, silang sengketa, nalar buta, curiga menghamba. Pada berita mengotori cuaca, menyebabkan pontang-panting cengkerama. Di rumah. Perkantoran. Menukik, melintir, menyambit kolom lini massa.

Tak henti bagai bah menggunduli kebajikan. Setelah tergerus adab kesopanan, setelah tenggelam rasa malu memudar zaman.

Perang kata dalam ribuan peristiwa, yang tercampak dan terhina, yang terluka dan menderita. Bagai hiasan sengketa, penambah nikmat birahi dosa. Aku, engkau. Mereka dan dia. Pion catur dalam gemuruh sengketa, anak wayang permainan dalang kesesatan.

Perang kata. Meredah sejenak ketika kantuk tiba. Berlanjut dalam mimpi rebah, berkecambah ketika denyut jantung tertinggal satu dua.

*****

Baganbatu, februari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun