Di beranda siang. Semut hitam dengan lilitan perban di kepala, tangan dan kaki terasa kaku, semalaman tak menemukan sesuap nasi.
Di mana-mana air, lumpur dan potongan sampah aneka rupa. Air comberan, air pegunungan, air muara, berkumpul tak tahu hendak ke mana. Seperti nasib semut hitam terpisah dari keluarga, untuk sekian lama. Mungkin selamanya.
Memeluk erat selembar daun yatim-piatu. Tak kenal sebelumnya, tak pernah bersua sejak dahulu kala.
"Wahai daun berhati bersih, mengapa tak engkau ajarkan kepada mereka makhluk berakal tinggi, jangan semena-mena merusak isi bumi".
*****
Baganbatu, januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H