Deretan bangku taman terdiam, anggrek bulan, dahlia dan melati hanya menggumam pelan. Rerumputan menyembah waktu seakan mendewakan, lampu jalan menangis perlahan dalam temaram keriuhan.
Aku bagai arca, beku dalam kesendirian, bersandar pada bayangan jatuh kerlip kunang-kunang. Tanganku masih memegang pena, menulis sketsa tentang mimpi buruk yang kerap mendera. Tak pernah tahu wujud asli fatamorgana, tak mampu mengupas makna gemuruh suara tawa semesta.
Jika tahun baru segera tiba, sedang aku masih meratap membilas luka, sudikah sang waktu sejenak menghentikan langkah. Kan ku selipkan mawar merah sebagai penebus dosa, kan ku siram kembali taman bahagia dengan setia.
Ijinkan aku mengundurkan pesta penyambutan, hingga kepastian air mata telah hilang.
*****
Baganbatu, desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H