Di naungi pelangi, tujuh bidadari memandikan raga, membasuh kemolekan tiada terkira. Memercikan pesona kepada setiap mahluk yang menyaksikan, menjadikan indah segala hayal membuaikan.
Aroma kasturi bercampur pekatnya tarikan rasa, menyingkap indah pada tawa penutup telaga nirwana. Semerbak memberatkan rangsangan gelora, bahkan rajawali perkasa tak mampu menerbanginya.
Seorang perjaka mengendap dalam pusaran gelora,  hasrat memiliki lebih membara dari semburan magma. "Hatiku terpanah. Lamunanku tiba-tiba meraja, merayu jiwa. Paras jelita menggoda seumpama mawar mekar di asuhan purnama".
Semak dan ilalang teriak mengingatkan, petir dan hujan memalingkan wajah, khawatir petaka kan segera tiba. Tujuh bidadari hanya makhluk lemah di hadapan hasrat merangsang jiwa.
Si bungsu harus rela, bersalin rupa menjadi manusia. Sang perjaka merasa jumawa, kecantikan dan kemolekan kini datang menghamba.
****
Baganbatu, desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H