Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi : Tujuh Bidadari

18 Desember 2020   06:20 Diperbarui: 18 Desember 2020   16:45 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di naungi pelangi, tujuh bidadari memandikan raga, membasuh kemolekan tiada terkira. Memercikan pesona kepada setiap mahluk yang menyaksikan, menjadikan indah segala hayal membuaikan.

Aroma kasturi bercampur pekatnya tarikan rasa, menyingkap indah pada tawa penutup telaga nirwana. Semerbak memberatkan rangsangan gelora, bahkan rajawali perkasa tak mampu menerbanginya.

Seorang perjaka mengendap dalam pusaran gelora,  hasrat memiliki lebih membara dari semburan magma. "Hatiku terpanah. Lamunanku tiba-tiba meraja,  merayu jiwa. Paras jelita menggoda seumpama mawar mekar di asuhan purnama".

Semak dan ilalang teriak mengingatkan, petir dan hujan memalingkan wajah,  khawatir petaka kan segera tiba. Tujuh bidadari hanya makhluk lemah di hadapan  hasrat merangsang jiwa.

Si bungsu harus rela, bersalin rupa menjadi manusia. Sang perjaka merasa jumawa, kecantikan dan kemolekan kini datang menghamba.

****

Baganbatu, desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun