Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Senja Ini Aku Menanti Percikan Kabut Putih

13 Desember 2020   18:54 Diperbarui: 13 Desember 2020   19:05 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tubuh gemetar. urat nadi terasa terbakar hingga hangus segala sesal. bola mata memutih seakan telah hilang aura diri, lidah kelu tak mampu menyebut sekian nama yang selama ini merubungku. benar-benar beku, seakan roda dunia berhenti pada titik tumpu. aku yang kembali gagu, aku yang tercampak dari hiruk-pikuk kenyataan.

selembar surat muncul dari kedalaman awan, ribuan huruf berpendar menyilaukan penglihatan. satu dua masih mampu aku baca, selebihnya, hanya dengung meruncing menembus kedalam jiwa. tajamnya kata-kata ternyata lebih menyayat luka, tiap huruf seakan anak panah menerobos mengoyak raga.

aku hanya menanti. semburat senja mulai membelah raga hingga memuncratkan darah. tak lagi merah, sebab nyaliku telah musnah. aku tak punya dalih untuk menghaturkan bukti, aku tak punya keberanian menghadang kemarahan yang sebentar lagi terjadi.

senja ini, di antara senja yang menampakan senyum penuh ejekan, di antara tangis penuh kekecewaan binatang malam. aku merangkak memohon ampunan, aku menyerahkan selembar nyawa sebagai tebusan.

#####

Baganbatu, desember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun