Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Belenggu Masa Lalu

11 Oktober 2020   06:37 Diperbarui: 11 Oktober 2020   06:46 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entahlah! Dari ribuan kilometer perjalanan jiwa, menyusuri batas nalar dan terkaman peristiwa. Melompat dari satu kubangan derita, hingga terjebak dalam lubang hitam nostalgia, menabrak pembatas waktu hingga terlupa di titik mana kini berada.

Engkau menangis.

Engkau menggugat takdir.

Engkau meratapi sang maha tiada akhir.

Engkau menyesali terlahir dalam bingkai derita tak berkesudahan.

Di titik ini. Di antara kelebat masa lalu yang terus mengucurkan air mata bersumber perih yang terluka, dari desingan mimpi buruk setiap kali kelopak mata hendak memanjahkan lelah, ribuan bayangan dosa dan perilaku masa lalu tak jua menjauh. Walau sekejap. 

Sampai kapan! Tanyamu ketika embun mulai membasahi ujung penglihatan.

****

Baganbatu, 11 oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun