Dari keremangan pagi yang berselimut dingin. Setelah sholat shubuh yang tergesa memulai dan mengakhiri, engkau tergesa menyiapkan bekal mengarungi takdir. Baju rombeng lebih tipis dari kertas pembungkus nasi, celana komprang bertali rafiah yang telah usang, tanpa alas kaki, tanpa upacara pelepasan menuju perjuangan.
Untukmu A. Yang setiap pagi sebelum matahari menyapa bumi, bermandi keringat tanpa hitungan nominal memadai, tanpa jaminan hari tua yang bisa menentramkan hati, berjuang untuk kaum berdasi, berjibaku memberi rasa nyaman kepada kalangan priyayi.
Untukmu A.yang makan siangnya sering terlupa, bukan amnesia atau sengaja, tapi karena beras di rumah telah tiada. Sepotong singkong bakar pun terasa syurga, secangkir air mentah bau tanah menjadi sumber tenaga.
Untukmu A. Yang ketika senja baru beranjak pulang, meninggalkan jejak perjuangan di tanah gersang, tanpa mengeluh hanya pengharapan.
Untukmu A, salam hormatku.
Bagan batu, mei 2020Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H