Senja di akhir ramadhan. Mentari sejak tadi telah gelisah menanti tugasnya paripurna, ada keharuan yang tertahan di sebalik wajah sangar sang penguasa siang, seakan tak sabar menantikan bilangan bulan menggenapi keadaan. Tik, tik, tik, tik, bunyi lonceng waktu seakan mempermainkan kesyahduan, detik berganti dalam hitungan lambat yang menegangkan.
Angin tenggara bertiup dengan santainya, dua helai daun kering tertiup angin mengitari takdir, melayang sejenak dalam keremangan malam, menari gemulai dalam nyanyian alam yang mulai melandai. Hening, terdiam, merasakan energi halus maha dahsyat menyelimuti kehidupan, membelai pelan puncak kesadaran, meneteskan sejenis wewangian yang terhirup setiap jiwa yang masih memiliki kesucian.
Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Walillaahil hamd. Tiba-tiba langit pecah, cahaya jingga menyebar kesegala arah, gunung terdiam dalam kepasrahan, samudera luas tenggelam dalam pengakuan, bintang, rembulan, matahari, galaxy, dan semua yang hadir di kehidupan bumi, tertunduk meresapi kemaha agungan dzat yang maha memiliki.
Segala yang bernyawa merasakan betapa kecilnya diri, semua yang fana mengakui keabadian sang Ilahi. Tangis pecah mnggenangi sajadah, kepasrahan dari sumber terdalam kesadaran menyentak mendobrak dada, tangan-tangan bergetar memohon ampunan, wajah-wajah memelas mengharap kesempurnaan iman. Rongga dada bergemuruh oleh perang hawa nafsu, hati penuh ketawadhuan yang belum pernah tergambarkan.
-Ya ayyatuhanafsul Muthmainnah. Irjii ilaa rabbiki radhiyatam mardiyyah. fad khulii fii ibaadii. Wad khulii jannatii.
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-NYA. Masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-KU. Dan masuklah kedalam syurga-KU."
Adakah namaku di antara hamba-hamba pemenang? masihkah selembar jiwaku tercantum di daftar para penghuni syurga kemuliaan? Masihkah hatiku terbasuh oleh hujan rahmat dan ampunan.
Dosa-dosa berkarat hendaklah terbuang, jiwa-jiwa merana oleh tipu dunia mestilah jadi benderang, menuju jalan lurus yang tiada bercabang, menuju satu titik kembali yang tiada meragukan.
Bagan batu, akhir ramadhan 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H